Selamat membaca
November 2012
semoga bermanfaat

judul widget leftbar

Label

Template Information

Random

Diberdayakan oleh Blogger.

assalamu'alaikum, Peluang Bisnis Online Yang Terbukti

infopaytren.com

PROSES PEMBUATAN EMPING MELINJO

Sekilas Tentang Emping Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik, melanesia, dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), Khalet (Bahasa Kamboja).Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya. Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan liana, melinjo berbentuk pohon.
Emping adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dengan cara menghancurkan bahan baku (biasanya terbuat dari biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.
Pembuatan emping melinjo diawali dengan menyangrai melinjo, kemudian dikupas dan ditipiskan dengan sejenis palu dari batu. Makanan ini banyak dihasilkan oledih pengusaha kecil, biasanya emping melinjo diproduksi oleh industri daerah misalnya di Kabupaten Klaten Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Yogyakarta, serta Jawa Timur, yaitu di Kabupaten Magetan dan di Kabupaten Bantul. Emping sebagian diekspor ke Timur Tengah dan Amerika Serikat.

Proses pembuatan Emping Melinjo
Proses pembuatan emping sangat mudah dan sederhana, yaitu dengan menyangrai biji melinjo bersama pasir dan kemudian dipukul-pukul sampai tipis. Peralatan yang dipergunakan juga sederhana, yaitu yang biasa digunakan dirumah tangga. Riasanya emping dipasarkan dalam keadaan mentah maupun dapat dicampur dengan udang atau kerang untuk menambah rasa dan rupa yang telah digoreng.
Proses Pembuatan Emping Melinjo dapat didiskripsikan sebagai berikut :
  1. Buah melinjo dibersihkan dari daun dan buah yang sudah matang.
  2. Buah Melinjo disangrai dengan pasir dan diaduk-aduk sampai warna kulit luarnya menjadi kecoklatan.
  3. Setelah warna kecoklatan, kemudian dipukul dengan batu atau Palu hingga kulitnya yang keras pecah sehinggi biji melinjo yang telah bersih dari kulitnya
  4. Biji yang telah terpisah dari kulit adi dipukul.puku1 hingga tipis (biasa menggunakan palu kayu dan beralaskan kayu)
  5. Kemudian dijemur dalam tampah hingga kering
  6. Disimpan dalam kantong plastik dalam keadaan mentah,

PROSES PEMBUATAN SABUN DARI MINYAK KELAPA

Sekilas Tentang Sabun 
Ilustrasi Macam-Macam Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak kelapa Sumber :( id.wikipedia.org/wiki/Sabun)

Proses Pembuatan Sabun Minyak Kelapa

Komposisi bahan baku dasar membuat sabun transparan :
  • Asam stearat 700 gram, 
  • Minyak kelapa 2 kg, 
  • NaOH 30 % 2,03 kg, 
  • Glislerin 1,3 kg, 
  • Etanol 1,5 kg, 
  • Gula pasir 750 gram, dan 
  • Coco-DEA 300 gram, 
  • NaCl 20 gram, 
  • Asam sitrat 300 gram, 
  • Air 450 ml, 
  • Cetakan persegi 4 buah ukuran (25x17x5 cm)
Proses atau Cara Membuat Sabun :
  • Asam stearat kita cairkan pada suhu 60 oC selama 15 menit. Lalu tambahkan minyak kelapa dan aduklah hingga merata.
  • Ketika suhu sudah mencapai 70-80 oC tambahkan NaOH dan aduk selama 2-4 menit hingga terbentuk sabun.
  • Tambahkan Gliserin, gula pasir, asam sitrat, etanol, Coco-DEA, NaCl, dan air. Teruskan mengaduk selama 7-10 menit hingga campuran menjadi homogen.
  • Tuangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras.
  • Keluarkan sabun transparan dasar yang telah mengeras dari cetakan dan simpan dalam kardus.
Langkah selanjutnya adalah membuat sabun transparan misalnya sabun aneka bentuk yang menggunakan sabun dasar ditambahkan pewarna dan pewangi pada suhu 40 oC

PROSES PEMBUATAN ABON DAGING

Sekilas Tentang Abon 
Abon adalah makanan yang yang terbuat dari serat daging. Penampilannya biasanya berwarna cokelat terang hingga kehitaman. Abon tampak seperti serat, karena didominasi oleh serat-serat otot yang mengering. Karena kering, abon biasanya awet disimpan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dalam kemasan kedap udara. Selain dari bahan dasar daging, ada beberapa abon yang berbahan dasar ikan, seperti ikan tuna, ikan lele, dan belut.
Abon biasanya dimakan sebagai lauk taburan di atas nasi atau bubur ayam, atau sebagai isi lemper. Di Indonesia, daging yang biasa digunakan untuk membuat abon berasal dari daging sapi, sehingga orang mengenal 'abon sapi'. Selain daging sapi, bahan lain yang digunakan adalah ayam, babi, ikan, dan kambing. Di China, abon yang paling lazim adalah abon daging babi yang disebut rousong. Sentra pembuatan abon sapi di Indonesia saat ini ada di daerah Boyolali, Solo, Salatiga, dan sekitarnya. Sedangkan sentra pembuatan abon babi terdapat di Bali.

Proses Pembuatan Abon Daging 
Potongan daging yang telah dibumbui dengan garam dan kecap, direbus dan dididihkan, sehingga serat-serat daging mulai terlepas dan mudah disuwir-suwir. Hal ini karena kandungan kolagen dan elastin zat pengikat otot telah larut oleh air rebusan. Daging yang mulai tercerai-berai hasil rebusan ini kemudian dikeringkan, dapat dengan cara dijemur atau menggunakan oven. Setelah itu daging ini disangrai di atas penggorengan besar sambil ditumbuk-tumbuk. Ketika ditumbuk daging ini membentuk serat-serat daging yang menyerupai gumpalan benang. Saat disangrai ini serat daging ditambahkan bumbu-bumbu penambah rasa, seperti gula jawa dan bawang goreng, terus diaduk hingga benar-benar kering. Selain itu, beberapa abon dengan kualitas rendah sering ditambahkan bahan pengisi, seperti kacang koro pedang, dll.

Sekian postingan tentang Proses Pembuatan Abon Daging, semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide bisnis baru yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Membuat Abon Daging yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan

PROSES PEMBUATAN NATA DE COCO

Sekilas Tentang Nata de Coco 

Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa, dan mulanya dibuat di Filipina. "Nata de coco" dalam bahasa Spanyol berarti "krim kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol. 

Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.

Secara Umum Proses Pembuatan Nata de Coco dapat dijabarkan sebagai berikut :
Bahan-bahan yang kita perlukan, yaitu: 
• 100 liter air kelapa • 100 gram(gr) gula pasir • 500 gram (gr) ZA • 50 mili liter (ml) asam cuka/ asam asetat • 1 sendok makan asam sitrat
Cara membuatnya adalah:
1. 100 liter air kelapa disaring, kemudian ditambahkan dengan: 100 gr gula pasir, 500 gram (gr) ZA 
2. Mendidihkan campuran bahan-bahan nomor 1 di atas, kemudian mematikan api kompor, dan menambah campuran tersebut dengan 50 mili liter (ml) asam cuka/ asam asetat.

Pembuatan starter
Untuk starter bisa diperoleh di toko kimia atau perusahaan yang membuat nata de coco, atau bagi yang ingin membuatnya sendiri bisa dengan cara sebagai berikut :
1. Sediakan buah nanas yang matang dan dikupas kemudian dicuci bersih dan dipotong kecil-kecil untuk memudahkan penghancuran. 
2. Buah nanas yang telah dihancurkan kemudian diperas sari buahnya sampai habis dan ampas nanas dicampur dengan gula pasir serta air dengan perbandingan 6 : 3 : 1 ( Ampas nanas : Air : Gula ) 
3. Campuran diaduk sampai rata dan dimasukan kedalam botol kemudian ditutup dengan kertas disimpan selama 2 minggu sampai terbentuk lapisan putih di atasnya. 
4. Larutan ini merupakan starter untuk pembuatan nata de coco

Pembuatan Nata de Coco
1. Siapkan nampan yang telah disterilisasikan (melalui pemanasan oleh sinar matahari/pencelupan nampan bersih ke dalam air panas). 
2. Memasang karet gelang pada bagian tengah nampan hasil sterilisasi. 
3. Memasukkan air kelapa hasil pendidihan ke dalam loyang ± 1—1,5 liter di setiap loyang, kemudian menutupnya dengan koran dan mengikatnya dengan karet. Setelah itu dibiarkan hingga dingin (memeramnya selama ± 1 hari). 
4. Setelah dingin (± 1 hari) dilakukan inokulasi yaitu menambahkan starter yang telah dibuat ke dalam loyang berisi campuran air kelapa yang telah didinginkan tadi (diperam), dan memeramnya kembali selama 7 hari.

Agar bakteri Acetobacter xilynum dapat bekerja dengan baik, yaitu mengubah glukosa menjadi selulose atau dalam pembentukan lapisan nata maka yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata de coco yaitu kondisi peralatan serta ruangan yang cukup steril.
Apabila kondisi ruangan kurang steril sehingga memungkinkan sirkulasi udara berjalan seperti biasa maka peluang untuk terjadinya kontaminasi pada nata yang diproduksi cukup besar, begitu pula jika peralatan yang digunakan kurang steril maka juga dapat menimbulkan kontaminasi (kerusakan pada lapisan nata yang diproduksi).
Jika nata telah terbentuk, maka kita sudah bisa mengambilnya, Berikut cara-cara mengambilnya:
1. Nata yang terbentuk diambil dan dibuang bagian yang rusak (jika ada), lalu dibersihkan dengan air (dibilas). Kemudian direndam dengan air bersih selama 1 hari. 
2. Pada hari kedua rendaman diganti dengan air bersih dan direndam lagi selama 1 hari. 
3. Pada hari ketiga nata dicuci bersih dan dipotong bentuk kubus (ukuran sesuai selera) kemudian direbus hingga mendidih dan air rebusan yang pertama dibuang. 
4. Nata yang telah dibuang airnya tadi, kemudian direbus lagi dan ditambahkan dengan satu sendok makan asam sitrat.
Sekian postingan tentang Proses Pembuatan Nata de Coco, semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide bisnis baru yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Membuat Nata De Coco yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan

Membuat Instalasi Air Sederhana

  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Pipa bambu dapat digunakan untuk menyalurkan air di daerah pedesaan. Pipa bambu dapat digunakan sebagai pengganti pipa jenis lain yang sulit diperoleh
    di pedesaan.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Bambu
    2. Pahat
    3. Palu
  4. PEMBUATAN
    1. Hilangkan sekat pada ruas bambu, dengan pemotongan bentuk huruf V
    2. Kemudian sekat dihilangkan dengan pahat
    3. Penyampungan pipa dilakukan dengan menumpangkan ujung pipa bagian hilir.
    4. Ujung-ujung tersebut dipotong miring agar mudah menumpangkannya (Gambar 1).

      Gambar 1. Pemasangan Pipa Bambu
  5. PENGGUNAAN
    Cara ini digunakan untuk penyambungan yang tidak seberapa jauh jaraknya yaitu jarak antara sumber air ke pemukiman. (Gambar 2 dan 3).

    Gambar 2. Penyaluran Air Bersih

    Gambar 3. Penyaluran Air untuk Konsumen
  6. PEMELIHARAAN
    Harus diperhatikan lubang pada pipa penyambungan, karena mudah mengalami kebocoran.
  7. KEUNTUNGAN
    1. Tekanan dalam pipa sama dengan di luar pipa.
    2. Bahan mudah didapat
    3. Pengerjaannya sangat mudah
  8. KERUGIAN
    1. Tidak dapat dipendam dalam tanah
    2. Hanya dapat dipasang di lembah dengan mengikuti bentuk permukaan tanah
    3. Air mudah dicuri di tengah jalan
    4. Air mudah tercemar udara sekitar
    5. Pipa mudah lapuk karena kena sinar matahari dan hujan
    6. Banyaknya air yang tumpah dari lubang-lubang pipa yang disebabkan oleh kemiringan pipa yang berubah.
    7. Pipa mudah pecah
  9. DAFTAR PUSTAKA
    1. Partono. Teknologi tepat guna dengan bahan dasar bambu. TEKNA 1 (2) September 1988, p. 7-10.
    2. Penyediaan dan pengelolaan air bersih dari sumber mata air. Warta air dan sanitasi, 2, 1989, p. 6-9.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Penyimpan Air Sederhana, BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Bambu selain dipakai untuk bahan bangunan dapat juga dipakai sebagai bak penampung air dengan istilah Bambu Semen. Konstruksi tulangnya dibuat dari bambu serta dilapisi oleh adukan mortar semen dan pasir.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. 9 (sembilan) sak semen.
    2. 1m 3 pasir.
    3. 0,2 m 3 kerikil.
    4. 12 (duabelas) batang bambu.
    5. 1 (satu) buah stop kran.
    6. 1 (satu) buah Elbog.
    7. 1 (satu) buah Pipa pengambilan.
    8. 1 (satu) buah Pipa pengurasan.
    9. 1 (satu) buah Pipa peluap.
    10. 1 (satu) buah Botol plastik.
    11. Pipa pengukur, lot, kerekan, snar.
    12. Saringan kasa nyamuk 100 cm 2.
    13. Ijuk penyaring ½ kg.
    14. Gedeg (anyaman bambu).
    15. Papan.
    16. Ember.
    17. Tali.
    18. Sarung tangan.
  4. PEMBUATAN
    1. Kerangka
      Sebelum mulai dengan pemasangan kerangka tulangan, potongan bambu dibelah menjadi bagian-bagian selebar 1-1,5 cm dan dibuat anyaman berlubang mata jala 3,5 – 4 cm.
      Pembuatan kerangka dibedakan atas 3 bagian :
      1. Tulangan dinding :
        • tulangan tegak
        • tulangan mendatar
      2. Tulangan dasar :
        • tulangan membujur
        • tulangan melintang
      3. Tulangan tutup :
        Sama dengan tulangan dasar ukuran dari masing-masing tulangan seperti terlihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

        Gambar 1. Rangka Anyaman Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 2. Rangka Pondasi Anyaman Bambu Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 3. Rangka tutup tangki bambu semen kapasitas 2.500 dan 10.000 liter

        Gambar 4. Potongan Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter
    2. Perakitan
      Untuk membuat kerangka dengan bentuk silindris yang bagus, buat dulu garisan berbentuk lingkaran di tanah. Kemudian letakkan kerangka dasar di atas lingkaran tadi. Kerangka dinding ditumpangkan di atas kerangka dasar dengan membentuk lingkaran seperti yang terlihat pada Gambar 5.

      Gambar 5. Perakitan Kerangka Silindris
    3. Plasteran
      1. Sebelum plasteran dimulai, buat pondasi dengan ukuran seperti Gambar 6 dan 7.

        Gambar 6. Pondasi tangki bambu semen kapasitas 2.500 Liter

        Gambar 7. Plesteran Pondasi
      2. Kerangka yang sudah jadi diselimuti dengan anyaman bambu (gedeg) sebelah luarnya diberi penguat dengan beberapa bilah papan (Gambar
        8).

        Gambar 8. Kerangka Anyaman Bambu
      3. Kerangka yang terbungkus rapi diletakkan di atas plasteran dasar tangki (Gambar 9). Kemudian plesteran pertama dilakukan dari sebelah dalam kerangka setelah ditunggu selama 2 jam supaya agak kerinng, barulah bungkus gedeg dibuka dibiarkan terbuka selama 1 jam, baru pekerjaan plaster dinding bagian luar bisa dimulai (Gambar 10 dan 11).

        Gambar 9. Kerangka di atas Plesteran

        Gambar 10. Plesteran Dinding Luar

        Gambar 11. Plesteran Dinding Luar
  5. PENGGUNAAN
    Pengambilan air dilakukan melalui kran.
  6. PEMELIHARAAN
    1. Talang harus selalu bersih dari sampah dan kotoran tikus atau burung, tidak bocor, serta berfungsi baik untuk mengalirkan air ke bak penampungan air hujan.
    2. Bersihkan saringan atau lobang tempat masuk air dari sampah atau kotoran.
    3. Periksalah keadaan dinding dan pondasi bak, apakah terdapat kebocoran yang dapat menyebabkan air merembes ke luar. Amati apakah terdapat jentik nyamuk di dalam bak. Jika ada jentik nyamuk, bak dikuras (upayakan pengurasan pada musim hujan) dan tutup lobang tempat masuknya nyamuk.
    4. Pada dasar bak harus ada air yang tertinggal, agar bak tidak pecah atau retak.
    5. Saluran pembuangan air limbah berfungsi baik, tidak terdapat genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
  7. PERBAIKAN
    1. Perbaiki segera dinding lantai yang retak atau bocor dengan campuran semen dan pasir 1:2. Selama perbaikan usahakan agar dinding bak tetap dalam keadaan basah dengan memercikkan air pada dinding agar bak tidak retak atau pecah.
    2. Ganti pipa atau kran yang rusak atau bocor.
    3. Ganti atau tambal talang air yang rusak atau bocor.
    4. Buatkan saluran baru atau perbaiki saluran lama, jika saluran pembuangan air limbah tidak berfungsi dengan baik.
  8. KEUNTUNGAN
    1. Persediaan air dapat dimanfaatkan dalam waktu yang cukup lama.
    2. Pemeliharaan mudah.
    3. Bisa dimanfaatkan untuk beberapa keluarga.
  9. ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
  10. DAFTAR PUSTAKA
    1. Rolloos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
    2. Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa.
  11. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Membuat Penampungan Air, Drum kerangka kawat

PENGELOLAAN AIR DAN SANITASI
 
DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Drum kerangka kawat yaitu drum yang dibuat dengan cara memberi kerangka kawat sebagai penguat atau pemberi bentuk pola dasar. Kerangka tersebut ditutup dengan adonan semen, pasir beton dan air.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen.
    2. Pasir beton 10 ember kecil.
    3. Kawat beton 60 meter.
    4. Kawat ayam ukuran lebar 1 meter sepanjang 5 meter.
    5. Kran air dan pipa ukuran ¾ inci.
    6. Tali kawat 1 kg.
    7. Sendok adukan besar.
    8. Sendok adukan kecil.
    9. Tang dan palu.
    10. Skop, pacul dan penyaringan pasir.
  4. PEMBUATAN
    1. Pemotongan kawat beton
      1. Ukuran tinggi drum diperlukan 21 potong kawat beton dengan panjang 1,02 meter. Bagian ujung atas dilekukan sepanjang 2 cm dan bagian ujung bawah sepanjang 5 cm.
      2. Badan drum dibuat dari 10 potong kawat berukuran 2-5 cm, dibentuk menjadi 10 lingkaran masing-masing berdiameter 65 cm.
      3. Dasar drum dibuat dari 5 potong kawat dengan ukuran 205 cm, 172,90 cm, 141,50 cm; 110 cm dan 78,70 cm dan dibentuk lingkaran masing-masing berdiameter 65,55; 45,35 dan 25 cm. Dengan bantuan penguat 2 potong kawat yang dipasang silang masing-masing panjang 65 cm untuk dasar drum. Gambar 1,2, dan 3.

        Gambar 1. Ukuran Drum Air dari Ferrocement

        Gambar 2. Ukuran Drum

        Gambar 3. Diameter Drum
    2. Pembuatan kerangka
      Potongan-potongan kawat tersebut di atas dibentuk dengan menggunakan tali kawat. Jarak antara satu dengan lainnya 10 cm (10 x 10 cm). (Gambar
      4).

      Gambar 4. Pembuatan Kerangka
    3. Pemasangan kawat
      Potongan kawat ayam dipasang dibagian dalam dan luar drum masing-masing berukuran 2,05 x 1 meter. Tali kawat dipakai untuk mengikat pada bagian-bagian yang diperlukan, untuk membuat ketebalan kerangka rata-rata 1,5-2 cm (Gambar 5 dan 6).

      Gambar 5. Pemasangan Kawat

      Gambar 6. Ketebalan Kerangka
    4. Pemasangan kran air dan pipa pembersih
      Kran dipasang 15 cm di atas dasar drum. Pada dasar drum dipasang pipa pembersih tepat di bawah kran air. Lihat Gambar 7.

      Gambar 7. Pemasangan Kran
    5. Plasteran/Pengacian
      1. Plasteran dilakukan 2 kali
        Plaster I : dilakukan di antara 2 kawat ayam dengan adukan semen, pasir dan air : 2:6:5 tebal kurang lebih 2 cm.
        Plaster II : berfungsi untuk menghaluskan plasteran I dengan adukan semen dan air 4 : 10, tebal 0,50 cm bagian dalam, dan 0,50 cm bagian luar.
      2. Jadi tebal keseluruhan setelah plasteran I dan II menjadi 2,5 sampai 3 cm. Kemudian supaya licin seluruh permukaan diamplas.
  5. KEUNTUNGAN
    1. Tidak mudah pecah, karena kerangka dibuat dari kawat.
    2. Pemakaiannya cukup lama.
    3. Perawatan mudah.
    4. Dapat menyimpan air dalam jumlah besar.
  6. KERUGIAN
    Apabila plasteran tidak rata dan kerangka kawat masih kelihatan, maka dalam pemakaiannya kawat akan mudah karatan, sehingga air yang tersimpan akan tercemar dan mengganggu kesehatan.
  7. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB, 1977.
  8. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Alat Penampung dan Pengolah Air Hujan, Gentong Semen

GENTONG PENAMPUNGAN  (KAPASITAS 250 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Penyimpanan air memakai gentong cetakan ini sangat mudah dan sederhana, baik cara pembuatan maupun pemeliharaannya.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen ¾ sak
    2. Pasir beton 10 ember kecil
    3. Plat besi tebal 2,5 meter panjang 3 meter
    4. Karung bekas 3 buah ukuran 125 x 112 cm
    5. Sekam padi 2 karung
    6. Jerami dan tali karung
    7. Sendok adukan besar dan kecil
    8. Ember kecil
    9. Plat besi
    10. Skop, pacul dan penyaring pasir
  4. PEMBUATAN
    1. Pembukaan dan penyatuan kembali karung-karung. Tiga karung bekas dibuka dari jahitannya, 2 karung disatukan dengan cara dijahit pada bagian kiri dan kanan, sedang bagian atas dan bawah dibiarkan terbuka, 1 karung dipergunakan untuk alas. Ukuran gentong air seperti Gambar 1.

      Gambar 1. Ukuran Gentong Air dari Ferrocement
    2. Pembuatan patron/model cetakan
      Patron/model dijahit menurut bentuknya seperti Gambar 2 dan 3.

      Gambar 2. Gambar Patron Model Gentong Air Dijahit dengan Tali Karung.
      Dipergunakan dua karung ukuran 125 x 112 cm yang sudah dijahit kembali, kemudian balikkan arah ke dalam

      Gambar 3. Bentuk Patron yang sudah Dibalik Jahitannya
    3. Pembuatan kerangka dasar dan kerangka leher.
      Lingkaran dari plat besi dengan garis tengah 58 cm dimasukkan pada patron/model dengan cara dijahit untuk membentuk kerangka dasar, sedang
      kerangka leher menggunakan lingkaran plat besi dengan garis tengah 35 cm (Gambar 4 dan 5).

      Gambar 4. Patron/model Sesudah Diberi Kerangka Dasar.

      Gambar 5. Patron/model Sudah Diberi Kerangka Dasar dan Kerangka Leher
    4. Pengisian sekam padi atau pasir
      Patron/model dengan kerangka dasar diletakkan pada karung bekas yang dipakai sebagai dasar. Kemudian diisi sekam padi/pasir sampai rata dan padat, sehingga berbentuk gentong, lihat Gambar 6 dan 7.

      Gambar 6. Kerangka Dasar dan Kerangka Leher

      Gambar 7. Patron dengan Kerangka Dasar dan Diisi Sekam Padi
    5. Penyiraman
      Sebelum penempelan/plasteran adonan semen (semen, pasir, air), patron yang sudah diisi sekam disiram dulu dengan larutan semen encer (perbandingan semen : air = 1 : 3), guna memudahkan penempelan adonan pada patron (Gambar 8).

      Gambar 8. Cetakan Gentong
    6. Plasteran
      Adukan semen dengan perbandingan = semen : pasir : air (2:6:5) diplasterkan pada patron secara lapis demi lapis. Plasteran yang agak tebal dihindarkan untuk mencegah perontokan. Pemplasteran dihentikan setelah mencapai tebal ± 2 cm. Setelah plesteran agak kering, bagian luar dioles dengan campuran air dan semen (10:4). Kemudian mulut gentong dibentuk sesuai dengan keinginan, lihat Gambar 9 dan 10.

      Gambar 9. Gentong Air

      Gambar 10. Mulut Gentong
    7. Pengambialn isian dan cetakan
      Setelah 4 atau 5 hari diperkirakan gentong agak kuat, dengan hati-hati gentong dimiringkan untuk mengeluarkan isian dan cetakan dari bagian bawah.
    8. Pembuatan dasar gentong
      Gentong diletakkan di atas karung sebagai dasar, kemudian dasar ditutup dengan adonan semen seperti pada plasteran sampai rata dengan tebal yang sama. Mengerjakannya melalui mulut gentong.
  5. PENGGUNAAN
    Pemakaian gentong untuk penampungan :
    Dibutuhkan 4 gentong. Pemakaiannya seperti pada Gambar 11 dan 12. Pipa dipasang pada dinding gentong dengan melubangi dinding pada waktu masih basah, atau menggunakan pahat dan palu jika dinding sudah terlanjur kering. Agar tidak bocor, sela-selanya dilem semen.

    Gambar 11. Pemakaian Gentong

    Gambar 12. Pemakaian Gentong
    1. Gentong 1
      Digunakan untuk menempatkan air kotor yang baru diambil dari sungai. Kran A dipasang pada dasar gentong untuk membersihkan endapan lumpur. Kran B diletakkan 100 mm di atas kran A, gunanya untuk mengatur aliran air yang masuk ke gentong 2. Gentong 1 diletakkan lebih tinggi dari gentong 2 agar diperoleh tekanan air yang cukup.
    2. Gentong 2
      Berfungsi sebagai saringan pertama yang mampu membersihkan 20 liter air per jam. Sebagai penyaring air paling kotor, gentong 2 harus dibersihkan tiap minggu dengan membuka kran C dan menutup kran B. Air dari gentong 2 ini sudah cukup bersih, meskipun belum cukup sehat. Jika yang dibutuhkan hanya air bersih (bukan sehat), air bisa diperoleh dari kran D.
    3. Gentong 3
      Berfungsi sebagai saringan terakhir. Dapat menyaring dan menyehatkan 20 liter air per jam. Gentong ini harus dibersihkan tiap 2-3 bulan dengan mengeruk lapisan atas pasir sedalam 2 cm.
    4. Gentong 4
      Adalah gentong penampungan air bersih dan sehat. Dari tempat ini bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  6. KEUNTUNGAN
    Pembuatan patron/model mudah dan sederhana, karena karung yang digunakan bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  7. KERUGIAN
    1. Pengerjaan plasteran agak rumit, karena bentuk patron/model bisa berubah dari bentuk asli gentong.
    2. Pemakaian harus hati-hati, karena mudah pecah
  8. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB bekerjasama dengan BUTSI dan TOOl (T.H.E. Negeri Belanda).
    2. Gentong Penampungan Air. Tarik IV (40), 1985 : p. 9-14.
  9. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

PROSES PEMBUATAN SIRUP

Sekilas Tentang Sirup 

Sirup (dari Bahasa Arab شراب sharab, minuman) adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi, namun hampir tidak memiliki kecenderungan untuk mengendapkan kristal. Viskositas (kekentalan) sirup disebabkan oleh banyaknya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (OH) pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang melarutkannya. Secara teknik maupun dalam dunia ilmiah, istilah sirup juga sering digunakan untuk menyebut cairan kental, umumnya residu, yang mengandung zat terlarut selain gula. 
Untuk meningkatkan kadar gula terlarut, biasanya sirup dipanaskan. Larutan sirup menjadi super-jenuh. Sirup juga sering digunakan pada dunia obat-obatan, kuliner serta minuman.(Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Sirup)

Secara umum Proses Pembuatan Sirup  dapat dijabarkan sebagai berikut :
  • Sirup bisa dibuat dengan buah asli atau essense perasa, atau keduanya. Sirup yang dibuat dengan buah asli, hasilnya tidak sejernih sirup yang dibuat dengan essense perasa. Tetapi dari rasa tentu saja yang lebih segar sirup dari buah asli. 
  • Pembuatan sirup harus menggunakan alat-alat yang benar-benar bersih supaya sirup tidak berjamur. Botol harus steril, kering dan tidak berbau. 
  • Gunakan gula pasir putih dan bersih. Ketika memasak gula Anda akan menemukan lapisan busa di permukaan larutan, aduk sebentar lalu teruskan memasak. Busanya akan berkurang, busa yang tersisa dapat Anda buang. 
  • Sirup yang baik harus kental. Untuk itulah campuran larutan gula dan larutan gula harus dimasak kembali. Sirup akan mengkristal kalau terlalu lama dimasak. 
  • Untuk pembuatan sirup murni tanpa tambahan juice buah asli, sebaiknya tambahkan Glukose syrup (beli di tempat penjual bahan kue) sebanyak 100 gram tiap 1Kg gula, agar sirup tidak mengkristal kembali. 
  • Setelah agak dingin baru masukkan pewarna makanan, essense perasa (artificial flavour). 
  • Jika mau diberi pengawet makanan (benzoat) ukurannya 1gr = 1 Kg bahan atau 1L cairan. Caranya Pengawet dicairkan dulu dengan sedikit air, dimasukkan ketika sirup sudah diangkat dari atas kompor, namun masih dalam keadaan agak panas.
Sekian postingan tentang Proses Pembuatan Sirup, semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide bisnis baru yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Membuat Sirup yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan

PROSES PEMBUATAN KECAP

Sekilas Tentang Kecap

Ilustrasi Beragam Jenis Kecap Terkenal di Pasaran
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu. (Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Kecap)

Proses Pembuatan Kecap
Ada beberapa macam bahan baku pembuat kecap, namun kali ini kami akan memposting kecap yang berbahan dasar kedelai.
  • Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam.
  • Kemudian rebus sampai kulit kedelai menjadi lunak. Tiriskan, dinginkan di tampah.
  • Beri ragi tempe pada kedelai yang didinginkan.
  • Aduk hingga rata dan simpan pada suhu ruang (25-30° Celcius) selama 3-5 hari.
  • Setelah kedelai ditumbuhi jamur yang berwarna putih merata, tambahkan larutan garam.
  • Tempatkan dalam suatu wadah dan biarkan selama 3-4 minggu pada suhu ruang.
  • Batas maksimum Cara Membuat Kecap dalam proses penggaraman ini adalah dua bulan.
  • Segera tuangkan air bersih, masak hingga mendidih lalu saring.
  • Cara Membuat Kecap dengan memasukkan kembali hasil saringan, tambahkan gula merah dan bumbu-bumbu.
  • Bumbu ini (kecuali daun salam, daun jeruk dan serai) digiling halus dulu dan campur hingga rata.
  • Banyaknya pemakaian gula merah tergantung untuk kecap asin atau kecap manis (lihat: catatan).
  • Setelah semua bumbu dicampurkan ke dalam hasil saringan, masak sambil terus diaduk-aduk.
  • Perebusan dihentikan apabila sudah mendidih dan tidak berbentuk buih lagi.
  • Setelah adonan tersebut masak, dinginkan dan saring dengan kain saring.
  • Selesailah Cara Membuat Kecap
  • Kecap siap untuk dikemas.
Sekian postingan tentang Proses Pembuatan Kecap semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide bisnis baru yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Proses Pembuatan Kecap yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan
 
Sumber Artikel  : cara-membuat.org

PROSES PEMBUATAN TAHU

Sekilas Tentang Tahu

Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari Cina, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu) yang secara harfiah berarti "kedelai yang difermentasi". Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: 劉安) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han.
Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Dibawa para perantau China, makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia. Di Kediri tahu kuning menjadi makanan khas. Ada pula mengenai sejarah tahu kuning. Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat. Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal dengan tempat pembuatannya, misalnya tahu Sumedang dan tahu Kediri. Aneka makanan dari tahu antara lain tahu bacem, tahu bakso, tahu isi (tahu bunting), tahu campur, perkedel tahu, kerupuk tahu, dan lain-lain.(Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Tahu)

Secara Garis Besar Proses Pembuatan Tahu dapat saya jabarkan sebagai berikut :

  • Plih kedelai yang bersih dan besar ukurannya, kemudian cuci sampai bersih. 
  • Rendam kedelai dalam air bersih selama 8 jam, Usahakan seluruh kedelai tenggelam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang. 
  • Bersihkan kembali kedelai dengan cara dicuci berkali kali. Usahakan kedelai ini sebersih mungkin untuk menghindari kedelai cepat masam. 
  • Hancurkan kedelai dengan cara ditumbuk dan secara perlahan tambahkan air sedikit-demi sedikit sehingga kedelainya berbentuk bubur. 
  • Masak bubur kedelai dengan hati-hati pada suhu 70-80 derajat (biasanya ditandai dengan gelembung kecil yang muncul pada kedelai yang dimasak). Ingat untuk menjaga agar kedelai jangan sampai mengental. 
  • Saring bubur kedelai tersebut bersama batu tahu atau asam cukup, sambil diaduk secara perlahan. Proses ini akan menghasilkan endapan tahu (gumpalan). 
  • Endapan itu kemudian siap untuk di press dan di cetak sesuai ukuran dan keinginan anda
  • Taruh di dalam cetakan, kemudian taruh pemberat yang berfungsi untuk menekan ampas supaya kandungan airnya benar-benar habis.
  • Keluarkan tahu dari cetakan, potong sesuai selera, dan siap dikonsumsi 
Sekian postingan tentang Proses Pembuatan Tahu, semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide bisnis baru yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.

Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Membuat Tahu yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan

Bagi yang ingin menjadikan tahu sebagai masakan terutama menjadi Nungget Tahu, silahkan intip resepnya di http://balekuliner.blogspot.com/2013/05/resep-nugget-tahu.html

    PROSES PEMBUATAN TEMPE

    Sekilas Tentang Tempe 
    Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
    Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
    Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
    Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.

    Proses Pembuatan Tempe 
    Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi.
    • Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman. 
    • Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.
    • Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
    • Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi.
    • Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia).  Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.
    • Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.
    • Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.
    Sekian postingan tentang Proses Pembuatan Tempe, semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide bisnis baru terutama varian tempe atau yang terkait yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang dan ekonomi keluarga kita meningkat.
    Postingan yang saya jabarkan mungkin saja secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli buku Tatacara atau Proses Membuat Tempe yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi lingkungan

    Sumber Artikel : id.wikipedia.org/wiki/Tempe

    Cara Menjernihkan Air dengan Arang Sekam

    PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN ARANG SEKAM PADI
    1. PENDAHULUAN
      Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
      Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
    2. URAIAN SINGKAT
      Sekam padi banyak terdapat didaerah pedesaan, namun penggunaan sekam padi belum dimanfaatkan sepenuhnya. Uraian ini adalah salah satu cara memanfaatkan sekam padi untuk memperoleh air bersih yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat.
    3. BAHAN DAN PERALATAN
      1. Arang sekam padi
      2. Kayu bakar
      3. Sampah-sampah/tanah
      4. Pipa
      5. Kerikil
      6. Kawat ram
      7. Lumpur
      8. Drum diameter 40 cm dan tinggi 72 cm
    4. PEMBUATAN
      1. Dasar drum dibuat lubang-lubang kecil (diameter 2 mm) dan 4 lubang dengan diameter 3,5 mm. Pada dinding drum diberi 6 lubang berdiameter 3,5 mm. Jarak antara masing-masing lubang 10 cm. Bagian kiri dan kanan drum dipasangi pipa yang panjangnya 15 cm. Pada bagian dasar dari drum diberi kawat ram (lihat Gambar 1).

        Gambar 1. Alat Pembuatan Arang Sekam Padi
      2. Tungku pembakaran :
        Tungku pembakaran adalah tungku rumah tangga yang dimodifikasi untuk pengarangan kayu bakar. Lihat Gambar 2.

        Gambar 2. Tungku Pembakaran Sekam Padi
      3. Alat penjernihan air terdiri atas 2 bagian :
        1. Alat pengendapan yang terbuat dari drum.
        2. Alat penyaringan yang dibuat dari gentong. Pada dasar gentong diberi kerikil dan arang sekam padi setebal dari 10 sampai 20 cm di atasnya. Di atas arang sekam padi diberi ijuk.
      4. Pembuatan arang sekam padi :
        1. Secara tradisional arang sekam padi dibuat dalam suatu lubang yang berukuran : panjang 50 cm, tinggi 30 cm dan diameter 50 cm, dengan kapasitas 5 kg. Sekam dibakar di atas tungku singer. Sekam yang sudah terbakar ditutup tanah dan diatasnya diberi sampah. Pada salah satu sudut lubang diberi pipa udara.
        2. Cara lain dengan menggunakan drum sebagi tungku pembakaran. Temperatur pada waktu pengarangan 400°-600°C dan lama pengarangan 2,5 jam. Bahan bakar kayu yang digunakan 5 kg, untuk 5 kg sekam padi.

          Gambar 3. Alat Penjernihan Air
    5. PENGGUNAAN
      Proses penyaringan air:
      1. Tahap pertama pengendapan
      2. Tahap kedua penyaringan dengan arang sekam padi kira-kira 10 cm tebalnya. Proses penyaringan ini bekerja selama 6 jam/hari.
    6. KEUNTUNGAN
      1. Dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan keluarga
      2. Pengarangan sekam padi mudah dikerjakan oleh masyarakat pedesaan sendiri.
      3. Relatif murah
      4. Hasil penjernihan memenuhi syarat kesehatan.
      5. Sekam padi mudah diperileh di pedesaan.
    7. KERUGIAN
      Pembakaran harus sempurna, apabila pembakaran”tidak sempurna” (kekurangan oksigen) arang sekam padi dan abu akan bercampur.
    8. DAFTAR PUSTAKA
      Asril, Lutan. Penjernihan air menggunakan arang sekam padi skala keluarga untuk daerah pedesaan. Dalam kumpulan makalah : Lokakarya penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna penyediaan air minum dan pembuangan kotoran di pedesaan, Cimacan : 2-4 Februari 1981. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, 1981.
    9. INFORMASI LEBIH LANJUT
      1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
      2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
    Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

    Menjernihkan Air Dengan Batu Cadas

    “JEMPENG” (SARINGAN BATU CADAS) DI BALI
    1. PENDAHULUAN
      Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
      Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
    2. URAIAN SINGKAT
      Sumber air minum yang umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali berasal dari sumur gali, dan dari saluran irigasi sawah yang disaring dengan Jempeng yaitu saringan air yang terbuat dari batu cadas. Alat penyaring air minum ini merupakan teknologi yang telah membudaya di masyarkata di desa tersebut. Cara ini dapat digunakan di daerah yang banyak terdapat batu cadas.
    3. BAHAN
      1. Batu cadas, tergolong ke dalam jenis tanah keras/padat seperti : batu gunung.
      2. Beton (koral, pasir dan semen)
      3. Kolam
    4. PERALATAN
      1. Alat penyaring air minum “Jempeng” untuk menyaring air kolam yang berasal dari saluran irigasi sawah.
      2. Jempeng bentuk U atau jempeng bentuk W atau jempeng setengah sgi enam.
    5. PEMBUATAN
      Jempeng yang umum dipakai oleh penduduk rata-rata ketebalan dindingnya berkisar 7 sampai 12 cm, tinggi 60 cm dan diameternya 40 cm diukur dari luar.

      Gambar 1. Bentuk dan ukuran jempeng
      Macam/jenis jempeng Bali :
      1. Jempeng bentuk U, jempeng ini keseluruhannya terbuat dari batu cadas. Bagian bawahnya berbentuk penyungkup setengah bola, badan saringan berbentuk silinder, sedang bagian atasnya terbuka, sehingga penampang vertikalnya berbentuk huruf U.
      2. Jempeng berbentuk huruf W, tidak seluruhnya terbuat dari batu cadas. Sisi bawah dan ketiga sisi samping, terbuat dari beton kedap air. Hanya satu buah sisinya yaitu sisi tengah terbuat dari lempengan batu cadas, seang bagian atasnya terbuka.
      3. Jempeng yang bagian bawahnya berbentuk setengah segi enam, seperti
        Gambar 1, keseluruhanya terbuat dari batu cadas.
        Badan jempengan berbentuk silinder dan bagian atasnya juga terbuka.
        ( 1 )
        ( 2 )
        ( 3 )
        Gambar 2. Model-model jempeng
    6. PENGGUNAAN
      Jempeng digunakan dengan cara diletakkan dalam aliran air supaya air meresap. Daya kerja saringan jempeng dalam penggunaannya untuk menyaring air minum dipengaruhi oleh beberapa faktor :
      1. Besar kecilnya diameter pori bahan saringan
      2. Derajat kekeruhan air
      3. Suhu air
      4. Derajat keasaman (ph) air
      5. Tekanan air pada dinding saringan, dan
      6. Tebal tipisnya dinding saringan
        Air yang dihasilkan untuk jempeng dengan ketebalan 13 cm adalah 3,8 1/jam
    7. KEUNTUNGAN
      1. Daya saring jempeng tidak berpengaruh terhadap kesadahan air kolam stelah disaring. Bahan baku jempeng (batu cadas) tidak mengandung unsur-unsur kimia yang dpaat mempengaruhi kesadahan air kolam sebelum dan sesudah disaring.
      2. Saringan tersebut telah lama digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, sehingga boleh dikatakan pemakaiannya telah membudidaya di kalangan
        masyarakat desa tersebut.
      3. Semakin tebal dinding jempeng, semakin kecil bakteri golongan coli setelah penyaringan.
    8. KERUGIAN
      1. Rata-rata debit air minum yang dihasilkan oleh jempeng dengan ketebalan dinding 13 cm, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum suatu keluarga yang beranggotakan 5 orang lebih.
      2. Belum dapat diketahui setelah berapa lama jempeng tersebut perlu dibersihkan dari lumut, ganggang/algae yang tumbuh pada permukaan jempeng.
    9. DAFTAR PUSTAKA
      Kusnoputranto, Haryoto et al. Daya kerja “Jempeng” sebagai saringan sederhana untuk me-nyaring air minum di desa Kerobokan, Kecamatan Kuta, Kab. Badung, Bali. Dalam Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna Penyediaan Air Minum dan Pembuangan/Pengolahan Kotoran di
      pedesaan. Cimacan, 2-4 Februari 1981. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I., Jl. Percetakan negara
      I, Telp. 414-226, Jakarta.
    10. INFORMASI LEBIH LANJUT
      1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
      2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
    Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

    Cara Menjernihkan Air Gambut atau Rawa

    PENGOLAHAN AIR GAMBUT UNTUK DAERAH RAWA PASANG SURUT
    1. PENDAHULUAN
      Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
      Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
    2. URAIAN SINGKAT
      Pengolahan air gambut menjadi air sehat bisa digunakan di daerah rawa seperti di Kalimantan dan Sumatera yang mengandung gambut. Untuk itu diperlukan suatu cara pengolahan air gambut yang sederhana dan terjangkau oleh masyarakat di daerah tersebut. Caranya dengan menggunakan pasir sebagai saringan.
    3. BAHAN
      1. Air gambut (yang berwarna coklat, kandungan zat organik tinggi; pa rendah; kesadahan rendah)
      2. Zat pengumpul (tanah liat yang berwarna hitam dan berbau busuk)
      3. Pasir (diambil 03-1,2 mm)
    4. PEMBUATAN
      Proses pengolahannya terdiri dari dua tahap, yaitu:
      1. Dalam drum, air gambut dicampur dengan lempung. Setelah diaduk terjadi proses penggumpulan, penyampuran, penyerapan dan pengendapan.
      2. Proses penyaringan (filtrasi)
        Dalam tabung penyaring, air yang mengalir dari drum mengalami proses filtrasi (fisik dan kimia) sehingga menghasilkan air bersih yang memenuhi persyaratan Departemen Kesehatan RI.
    5. PENGGUNAAN
      Petunjuk Operasi
      Gambar 1.Diagram Proses
      1. Air gambut dimasukkan ke dalam drum/tong kira-kira sebanyak 200 liter semua kran dalam keadaan tertutup.
      2. Siapkan tanah lempung kira-kira sebanyak 40 sendok makan (1/2 kg), kemudian larutkan dalam ember kecil dengan air kira-kira 2 lt.
      3. Masukkan larutan dalam ember tadi ke dalam drum melalui ayakan, kemudian aduk dengan jalan memutar batang pengaduk selama 5-10 menit.
      4. Biarkan air dalam drum selama 45-60 menit agar kotoran mengendap.
      5. Kran 1 dan 3 dibuka untuk mendapatkan air bersih.
        Catatan : Media penyaring harus dalam keadaan terendam air, baik ketika operasi maupun tidak beroperasi.
    6. PEMELIHARAAN
      1. Pembersihan Drum
        Setiap kali setelah dipakai, drum harus dibersihkan dengan cara :
        1. Kran 1 dan 2 ditutup
        2. Kran 4 (penguras) dibuka, kemudian dibilas dengan air sampai bersih.
      2. Pembersihan Saringan (Filter)
        Pembersihan saringan dilakukan paling lama seminggu sekali, atau kalau air yang keluar dari kran 3 sudah mulai keruh/berwarna dengan cara sebagai
        berikut :
        1. Tutup kran 1,3 dan 4 kemudian buka kran 2 (penguras)
        2. Tuangkan air bersih ke dalam tabung filter perlahan-lahan, sampai air yang keluar dari kran 2 bersih kembali.
    7. KEUNTUNGAN
      1. Teknologi yang sederhana, diwujudkan dalam bentuk instalasi pengolahan air gambut yang murah, mudah dikelola dan dirawat.
      2. Pembuatan instalasi ini masih dapat disederhanakan lagi dengan memanfaatkan bahan-bahan setempat serta dapat dikerjakan sendiri, sehingga biaya pembuatan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
    8. ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
    9. DAFTAR PUSTAKA
      Pengolahan air gambut individual untuk daerah rawa pasang surut (bergambut). Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
    10. INFORMASI LEBIH LANJUT
      1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
      2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
    Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

    Tes Paragraf

    Judul widget rightbar

    Popular Post

    Template Oleh trikmudahseo