Selamat membaca
Mei 2013
semoga bermanfaat

judul widget leftbar

Label

Template Information

Random

Diberdayakan oleh Blogger.

assalamu'alaikum, Peluang Bisnis Online Yang Terbukti

infopaytren.com

Membuat Minyak kulit jeruk

  1. PENDAHULUANKulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3 .
    Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ˜-sinnsial (0,02%), dan ˜-sinensial (0,01%).
    Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman, kosmetika, dan sanitari. Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal.
    Proses ekstraksi minyak kulit jeruk dapat dikerjakan dengan metode sederhana dengan menggunakan peralatan yang tidak terlalu mahal.
  2. BAHAN

    1. Kulit jeruk
    2. Larutan NaHCO3 5%
    3. Na2SO4 anhidrat
  3. PERALATAN
    1. Perajang. Alat ini digunakan untuk merajang kulit jeruk. Alat paling sederhana adalah pisau dan talenan. Untuk kapasitas besar, perajangan perlu menggunakan mesin perajang.
    2. Pemeras kulit jeruk. Alat ini digunakan untuk memeras kulit jeruk sehingga kadar airnya turun. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan, yaitu pemeras berulir dan pemeras hidrolik.
    3. Sentrifus. Alat ini digunakan untuk memisahkan fraksi air dan minyak dari hasil pemerasan ulit jeruk.
    4. Botol dekan tasi. Alat ini digunakan untuk dekantasi, yaitu pemisahan fraksi minyak dan air pada emulsi.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Persiapan
      1. Pelunakan. Kulit jeruk sicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam larutan NaHCO3 % selama 10-14 jam. Setiap kg kulit jeruk direndam dengan 1 liter larutan NaHCO3.
      2. Perajangan. Setelah itu perendaman tersebut, kulit jeruk dirajang sampai berukuran 0,3-0,5 cm.
    2. Pemerasan
      Kulit jeruk yang telah dirajang dibungkus dengan kain blacu tebal, kemudian diperas dengan alat pres berulir, atau alat pres hidrolik. Mula-mula tekanan 200 kg per cm 2 , setelah itu tekanan dinaikkan secara pelan-pelan menjadi 400 kg per cm 2 . Selama pemerasan dilakukan penyemprotan dengan air dingin. Pemerasn dilakukan dua kali. Hasil yang diperoleh berupa emulsi minyak di dalam air yang disebut emulsi minyak.
    3. Pemisahan Minyak
      1. Dekantasi. Emulsi dimasukkan ke dalam botol dekantasi (pemisah fraksi air dan minyak emulsi). Setelah itu botol yang berisi emulsi disimpan di dalam lemari pendingin (4-7 0 C) selama 10-24 jam. Fraksi air yang berada pada bagian bawah dibuang. Cara pembuangannya adalah sebagai berikut. Mula-mula saluran pemasukan dibuka, kemudian kran pengeluaran dibuka sampai semua fraksi air mengalir keluar.
      2. Sentrifugasi. Fraksi minyak yang tertinggal di botol dekantasi dipindahkan ke botol sentrifus. Kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 4000-6000 rpm selama 15 menit. Sisa fraksi air akan berada pada bagian bawah cairan si dalam botol sentrifus, dan fraksi minyak berada pada bagian atas. Fraksi minyak ini disebut sebagai minyak kulit jeruk.
      3. Pemberian Na2SO4. Minyak kulit jeruk diberi Na2SO4 anhidrat, kemudian diaduk-aduk. Setiap liter minyak diberi dengan 1-3 g Na2SO4 anhidrat. Setelah itu, minyak disaring untuk memisahkan Na2SO4. Pemberian senyawa tersebut bertujuan untuk mengikat air yang tidak dapat dipisahkan dengan dekantasi dan sentrifugasi.
    4. Penyimpanan
      Minyak kulit jeruk disimpan di dalam botol kaca berwarna gelap dalam keadaan tertutup rapat pada tempat yang tidak panas.
    ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
  5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Membuat Manisan Dari Pepaya

  1. PENDAHULUANManisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30%, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan dapat disimpan lama karena kebanyakan mikroba tidak dapat tumbuh pada bahan.
    Manisan pepaya belum dikenal oleh masyarakat, dan produk ini belum tersedia di pasar. Walaupun demikian, produksi produk ini merupakan alternatif usaha yang mungkin menguntungkan karena cara pembuatannya sederhana, biaya tidak mahal, dan penampilan produk cukup menarik.
  2. BAHAN

    1. Buah pepaya. Buah pepaya yang digunakan adalah yang telah matang konsumsi, tapi masih agak keras, sudah terasa manis, dan bila digores tidak mengeluarkan getah. Jumlah 10 kg.
    2. Larutan gula pasir. Larutan gula pasir diperguanakn untuk untuk merendam irisan pepaya agar gula meresap ke dalam jaringan buah sehingga buah menjadi manis. Gula pasir yang digunakan adalah yang berwarna putih dan bersih. Gula dilarutkan sampai konsentrasi 40%. Untuk mendapatkan 10 liter larutan gula 40%, gulasebanyak 4 kg ditambah air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai volume 10 liter.
    3. Pengawet. Pengawet yang digunakan adalah sodium benzoat. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak makanan. Jumlah 4
      gram.
    4. Asam sitrat. Bahan ini digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan pH menjadi 3,8~4,4. Kondisi asam atau pH rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jumlah 10 gram.
    5. Larutan penguat jaringan buah. Larutan ini digunakan untuk menguatkan jaringan irisan buah. Larutan ini mengandun ion Ca +2 . Ion tersebut diperoleh dengan melarutkan CaCO 3 (kapur sirih). Kapur sirih merupakan senyawa sumber ion Ca +2 yang paling murah dan paling mudah ditemukan di pasaran. Kapur sirih dilarutkan di dalam air dengan konsentrasi 0,2~0,3%, yaitu dengan melarutkan 2 sampai 3 gram kapur sirih ke dalam 1 liter air. Jumlah larutan yang dibutuhkan: 10 liter.
    6. Larutan penghambat reaksi pencoklatan. Larutan ini diperlukan agar buah tidak berubah menjadi kecoklatan, atau warna gelap lainnya. Larutan mengandung ion sulfit yang berasal dari sodium bisulfit, sodium meta bisulfit, atau dari pelarutan gas belerang dioksida di dalam air. Natrium bisulfit dilarutkan di dalam air dengan konsentrasi 0,18~0,22%, yaitu dengan melarutkan 1,8~2,2 gram natrium bisulfit di dalam 1 liter air. Jumlah larutan yang dibutuhkan: 10 liter.
  3. PERALATAN
    1. Pisau dan landasannya. Alat ini digunakan untuk mengupas dan mengiris buah pepaya. Disarankan menggunakan dua pisau yang berbeda. Untuk pengupasan digunakan pisau yang biasa digunakan di rumahtangga. Sedangkan untuk mengiris digunakan pisau besar yang biasa digunakan untuk pemotong dan pencincang daging.
    2. Baskom. Baskom digunakan untuk perendaman irisan pepaya.
    3. Kemasan. Kemasan adalah wadah untuk mengemas manisan pepaya. Kemasan yang ekonomis yang dapat digunakan adalah kantong plastik polietilen.
    4. Sealer. Alat ini digunakan untuk menutup kantong plastikdengan menggunakan panas.
    5. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan pepaya sampai kadar air dibawah 9%.
    6. Refraktometer. Alat ini digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan sukrosa secara cepat.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Pengirisan dan Perendaman di dalam Larut Kapur Sirih.
      Buah pepaya dikupas, dibelah dan dibuang bijinya. Setelah itu buah dicuci sampai bersih. Setelah itu, buah direndam di dalam larutan kapur sirih selama 1 jam. Kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.
    2. Perendaman di dalam Larutan Sulfit.
      Larutan sulfit dipanaskan sampai suhu 64~68 0 C. kemudian irisan pepaya direndamkan ke dalam larutan sulfit hangat tersebut selama 10 menit sambil diaduk-aduk secara pelan-pelan. Setelah itu irisan pepaya dicuci dengan air segar dan ditiriskan.
    3. Perendaman di dalam Larutan Gula
      1. Irisan pepaya direndam di dalam larutan gula 40% selama 24 jam.
      2. Setelah itu irisan ditiriskan. Sedangkan larutan gula dipanaskan sampai suhu 90 0 C selama 10 menit.
      3. Setelah dingin, kadar gula diukur dengan refraktometer. Bila kadar gula kurang dari 40%, ke dalam larutan ditambahkan lagi gula hingga kadar gula kembali menjadi 40 %.
      4. Setelah itu, irisan pepaya direndam lagi ke dalam larutan gula dan dibiarkan lagi selama 24 jam. Selanjutnya prosedur No. 2 dan 3 diulangi lagi sampai 2 kali. Dengan demikian perendaman dilakukan selama 3 hari.
    4. Pengeringan
      Setelah itu, irisan buah ditiriskan. Selanjutnya irisan buah dijemur (jika tersedia cukup sinar matahari), atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air 30 % dengan tanda irisan buah susut menjadi seperti ukuran semula dan menjadi lentur.
    5. Pengemasan
      Manisan pepaya ini dikemas di dalam kantong plastik polietilen, kemudian di-seal dengan rapat.
  5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Baca Juga :
MEMBUAT MANISAN DARI PEPAYA
MEMBUAT KERIPIK PEPAYA
CARA BUDIDAYA PEPAYA
MANFAAT BUAH PEPAYA
    ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==

    Cara Membuat Manisan Pisang

    1. PENDAHULUANManisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30%, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan dapat disimpan lama karena kebanyakan mikroba tidak dapat tambuh pada bahan.
      Manisan pisang belum dikenal oleh masyarakat, dan produk ini belum tersedia di pasaran. Walaupun demikian, produksi produk ini merupakan alternatif sederhana, biaya tidak mahal dan penampilan produk cukup menarik.
    2. BAHAN

      1. Buah Pisang yang telah matang konsumsi, atapi masih aga keras, terasa manis Jumlah 10 kg.
      2. Larutan gula pasir. Diperlukan untuk merendam irisan pisang agar gula meresap ke dalam jaringan buah sehingga buah merasa manis. Gula pasir yang digunakna adalah yang berwarna putih dan bersih . Gula dilutkan sampai konsentrasi 40%. Untuk mendapatkan 1 liter larutan 40%, dilakukan dengan melarutkan 400 g gula dengan air sampai volumenya 1 liter. Jumlah larutan yang dibutuhkan 5 liter.
      3. Pengawet. Pengawet yang digunakan adlah sodium benzoat. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak makanan. Jumlah 10 gram.
      4. Asam sitrat. Bahan ini digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan pH menjadi 3,8 ~ 4,4. Kondisi asam atau pH rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak. Jumlah 10 gram.
      5. Larutan penguat jaringan buah. Larutan ini digunakan untuk menguatkan jaringan irisan buah. Larutan ini mengandung ion Ca+², Ion tersebut diperoleh dengan melarutkan CaCo3 (kapur sirih). Kapur sirih merupakan senyawa sumber ion Ca+² yang paling murah dan paling mudah ditemui di pasaran. Kapur sirih dilarutkan di dalam air dengan konsentrasi 0,2 ~ 0,3%. Untuk mendapatkan 1 liter larutan kapur tersebut dilakukan dengan melarutkan 2 sampai 3 gram kapur sirih ke dalam 1 liter air. Jumlah larutan yang dibutuhkan 10 liter.
      6. Larutan penghambat reaksi pencoklatan. Larutan ini diperlukan buah tidak berubah menjadi kecoklatan, atau warna gelap lainnya. Larutan mengandung ion sulfit yang berasal dari sodium bisulfit, sodium metasulfit, atau dari pelarutan gas belerang dioksida di dalam air. Natrium bisulfit dilarutkan di dalam air dengan konsentrasi 0,18 ~ 0,2 . untuk memperoleh 1 liter larutan tersebut, dilakukan dengan melarutkan 1,8 ~ 2,2 gram natrium di dalam 1 liter air. Jumlah larutan yang dibutuhkan 10 liter.
    3. PERALATAN
      1. Pisau dan landasannya. Alat ini digunakan untuk mengupas dan mengiris daging buah pisang. Disarankan menggunakan dua pisau yang berbeda. Untuk pengupasan digunakan pisau yang biasa digunakan dirumah tangga. Sedangkan untuk mengiris digunakan pisau besar yang biasa digunakan untuk pemotong dan pencincang daging.
      2. Wadah berpengaduk sebagai perendam pisang dengan larutan gula. Alat ini berupa panci yang berpengaduk yang diputar oleh mesin. Alat ini digunakan untuk merendam buah di dalam larutan gula. Pengadukan yang diberikan akan meningkatkan efektivitas penggulaan, dimana gula lebih cepat meresap ke dalam jaringan daging buah. Jika alat ini tidak ada, baskom atau ember plastik yang biasa terdapat di rumahtangga dapat digunakan untuk perendam irisan buah.
      3. Baskom digunakan untuk perendaman irisan pisang.
      4. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan pisang sampai kadar air dibawah 9%.
      5. Refraktometer. Alat ini digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan sukrosa secara cepat.
      6. Kemasan adalah wadah untuk mengemas keripik pisang. Kemasan yang ekonomis dapat digunakan adalah kantong plastik polietilen.
      7. Sealer. Alat ini digunakan untuk menutup kantong plastik dengan menggunakan panas.
    4. CARA PEMBUATAN
      1. Perendaman di dalam larutan sulfit.
        Pisang dikupas, dan dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Sementara itu larutan sulfit dipanaskan sampai suhu 64 ~ 68°C. Kemudian irisan pisang direndamkan ke dalam larutan sulfit hangat tersebut selama 10 menit sambil diaduk-aduk secara pelan-pelan.
      2. Perendaman di dalam larutan gula:
        1. Potongan pisang direndam di dalam larutan gula 40% selama 24 jam.
        2. Setelah itu irisan ditiriskan. Sedangkan larutan gula dipanaskan sampai suhu 90°C selama 10 menit.
        3. Setelah dingin, kadar gula larutan diukur dengan refraktometer. Jika kadar gula kurang dari 40%, ke dalam larutan ditambahkan lagi gula hingga kadar gula kembali menjadi 40%.
        4. Setelah itu, potongan pisang direndamkan lagi ke dalam larutan gula dan dibiarkan lagi selama 24 jam. Selanjutnya prosedur no.2 dan 3 diatas diulangi lagi sampai 2 kali. Dengan demikian perendaman dilakukan selama 3 hari.
      3. Pengeringan.
        Setelah itu, potongan buah ditiriskan, kemudian dijemur (jika tersedia cukup sinar matahari), atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 20% (ditandai dengan susutnyaukuran irisan buah menjadi separo ukuran semula dan lentur)
      4. Pengemasan.
        Manisan pisang ini dikemas di dalam kantong plastik polietilen, kemudian di seal dengan rapat.
    5. ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
    6. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
      Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

    Cara Membuat Bahan Pelunak Daging

    1. PENDAHULUANGetah buah pepaya mengandung enzim papain. Enzim inidapat digunakan untuk mengempukkan daging mentah. Daging dari ternak yang sudah tua atau ternak yang banyak melakukan kegiatan fisik, biasanya mempunyai daging yang a lot. Agar empuk, daging tersebut sebelum dimasak dibungkus papain, kemudian disimpan selama 2 sampai 3 jam. Daging mentah yang akan di sate, juga dianjurkan diberi perlakuan tersebut agar daging menjadi lebih empuk dan tidak alot.
    2. BAHAN
      Getah buah pepaya
    3. PERALATAN
      1. Pisau. Pisau digunakan untuk menoreh buah pepaya untuk penyadap. Pisau harus tipis, tajam, licin dan tahan karat.
      2. Mangkok. Mangkok digunakan uantuk menampung getah pepaya yang disadap dari buah pepaya muda. Mangkok terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, ringan dan tidak mudah pecah. Biasanya dari aluminium. Mulut mangkok berukuran 6~7 cm, dan tinggi 4~5 cm.
      3. Penyangga. Penyangga digunakan untuk meletakkan mangkok. Penyangga dapat berupa papan ringan atau tampah. Penyangga ini diikatkan pada pohon pepaya 8~10 cm di bawah buah terendah yang disadap.
      4. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan getah pepaya menjadi konsentrat papain kasar dengan kadar air maksimal 9%.
      5. Wadah pengemas. Wadah pengemas digunakan untuk mengemas konsentrat papain agar terlindung dari kontaminasi dan uap air di udara. Wadah pengemas dapat berupa botol bermulut lebar dengan penutup ulir dan berwarna gelap, botol plastik yang tidak transparan, kantong plastik aluminium foil, dan kantong plastik polictilcn.
    4. PENYADAPANPenyadapan dilakukan terhadap buah muda yang berdiameter sekitar 6~7 cm. Kulit buah ditorek sedalam 0,5 cm dari atas ke bawah. Torehan dibuat sebanyak 4 buah setiap buah pepaya.
      Pada waktu melakukan penyadapan, perlu dihindarkan kulit tidak terkena getah. Papain yang terkandung pada getah dapat menyebabkan gatal dankerusakan kulit. Dianjurkan menggunakan sarung tangan karet selama melakukan kegiatan ini.
      Dari torehan akan menetes getah buah. Tetesan getah ditampung dengan mangkok, Mangkok tersebut diletakkan pada penyangga. Penyangga ini diikatkan 10 cm di bawah buah terendah.
      Bagian dalam mangkok dapat dilapisi dengan kain blacu yang terbuat dari katun. Pelapisan ini berguna untuk mencegah terperciknya getah keluar mangkok dan memudahkan pada waktu melepaskan getah dari mangkok. Getah dapat dilepaskan dengan menarik kain blacu.
      Penorehan dapat dilakukan setiap 2 atau 3 hari. Paling sedikit, penorehan dilakukan sekali dalam seminggu. Perlu diusahakan agar penorehan baru berjarak 2 cm dari penorehan sebelumnya.
      Biasanya tetesan getah akan terhenti setelah 1 jam penorehan. Setelah tidak ada getah yang menetes, getah dikeluarkan dari mangkok. Getah menempel kuat pada mangkok. Karena itu perlu dikerok-kerok untuk melepaskannya dari mangkok. Jika mangkok dilapisi kain blacu, getah lebih mudah dilepaskan dari mangkok, yaitu dengan menarik kain pelapis mangkok.
    5. CARA PEMBUATAN
      1. Reduksi Molekul Pro Papain Menjadi Papain Molekul papain pada getah papain merupakan pro papain yang mempunyai ikatan disulfida. Bila ikatan disulfida ini direduksi (diputus) maka dihasilkan molekul papain yang aktif (dapat mengakatalisa pemutusan ikatan peptida). Senyawa preduksi yang digunakan adalah senyawa sulfit dalam bentuk natrium bisulfit.
        1. Natrium busulfit dan NaCl dilarutkan di dalam air. Setiap 1 liter air memerlukan 14 gram natrium bisulfit dan NaCl 3 gram. Campuran ini diaduk sehingga diperoleh yang homogen. Larutan ini disebut larutan pengaktif.
        2. Larutan pengaktif dicampur dengan getah pepaya. Tiap 1 kg getah pepaya dicampur dengan 1 liter larutan pengaktif. Campuran ini diaduk sampai rata sehingga berupa bubur.
        3. Bubur tersebut disaring dengan kain sering untuk membuang kotoran-kotorannya.
      2. Pengeringan Getah
        Getah pepaya perlu dikering segera. Jika langit berawan sehingga tersedia panas matahari yang mencukupi, getah dikeringkan dengan alat pengering suhu 55~60 0 C. Getah yang tidak segera dikeringkan atau tidak tersedia panas yang mencukupi selama pengeringan akan berwarna sawo matang dan berbau busuk. Getah yang sudah mengering disebut konsentrat papain. Kadar air konsentrat ini sebaiknya maksimum 9%.
      3. Hasil
        Rata-rata setiap pohon dapat menghasilkan 0,25 sampai 0,35 kg getah kering per tahun. Pohon yang sehat dapat disadap selama 3 tahun, yang mulai dari umur 1 tahun sampai umur 3 tahun. Semakin tua, semakin turun produksi getah. Setiap Ha kebun pepaya, dapat dihasilkan getah kering 67 -135 kg per tahun.
      4. Penggilingan
        Konsentrat papin yang telah cukup kering, kemudian digiling sampai halus. Jika jumlahnya tidak banyak, penggilingan dapat dilakukan dengan menggunakan blender. Jika jumlahnya cukup banyak, penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling.
      5. Pengemasan
        Tepung konsentrat papain harus harus disimpan pada wadah tertutup. Wadah yang dapat digunakan ialah:
        1. Botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir, dan kacanya berwarna gelap.
        2. Botol plastik yang tidak bening, dan bermulut lebar dengan penututup ulir.
        3. Kantong plastik yang berlapis aluminium
        4. Kantong kertas yang dimasukkan ke dalam plasitk polietilen.
      ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
    6. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
      Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

    Membuat Keripik dari Terung

    1. PENDAHULUANSayuran, terutama yang berdaun hijau, merupakan salah satu bahan pangan yang baik karena mengandung vitamin dan mineral, antara lain vitamin C, provitamin A, zat besi, dan kalsium. Sayuran yang paling banyak di Indonesia adalah kangkung, bayam, katuk, daun mlinjo, dan petsai (Oomen, dkk, 1984). Sayuran dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan dan suhu yang berbeda, sehingga beragam jenisnya.
      Berbagai sayuran dapat ditanam di sekitar pekarangan dalam upaya untuk menggalakkan usaha penganekaragaman pangan yang disebut lumbung hidup. Dengan adanya program pemerintah tersebut diharapkan hasil panen sayuran akan berlimpah.
      Ada beberapa jenis sayuran yang dapat dimanfaatkan misalnya yang berbentuk buah seperti tomat, terung, dan labu; biji seperti kecipir, kelapa, dan kentang; umbi seperti wortel, bawang, dan bit; tunas (asparagus), bunga (kubis), dan daun seperti petsai, kangkung, bayam, dan lain-lain.
      Salah satu sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain.
      Terung yang diolah menjadi kerupuk ternyata memiliki rasa yang tidak kalah dengan kerupuk yang terbuta dari umbi-umbian lainnya.
    2. BAHAN

      1. Terung besar 5 kg
      2. Air secukupnya
      3. Pasir (untuk menyangrai) secukupnya
    3. ALAT
      1. Pisau dan garpu
      2. Alat penumbuk (lumpang dan alu)
      3. Kerancang
      4. Rak penjemuran
      5. Penggorengan (wajan)
      6. Kompor atau tungku
    4. CARA PEMBUATAN
      1. Tusuk-tusuk terung utuh dengan garpu supaya airnya keluar. Masukkan ke dalam lumpang dan tumbuk dengan alu sampai bentuknya menjadi kecil dan padat, tetapi jangan sampai hancur;
      2. Belah terung dan kerok bagian dalamnya. Biarkan selama 1 hari dalam keranjang;
      3. Jemur selama 3 hari sampai kulitnya kering;
      4. Rendam terung kering dalam air kira-kira 2 jam sampai lembek. Kemudian kerik permukaan terung dengan pisau dan jemur lagi slama 1 hari;
      5. Lakukan kembali proses perendaman, pengerikan, dan pengeringan sampai 3 kali. Setelah kering, sangrai terung dengan pasir di atas api selama 3 jam;
      6. Terung harus digoreng dahulu dengan minyak sebelum dihidangkan.
    5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN KERUPUK TERUNG
    6. DAFTAR PUSTAKATri Radiyati et.al. Kerupuk keripik. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI, 1990. Hal. 41
    7. KONTAK HUBUNGANPusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
      Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

    Cara Membuat Keripik dari Bengkuang

    1. PENDAHULUANKeripik adalah irisan buah atau umbi yang digoreng sampai kering dan garing. Keripik mempunyai kadar air terendah sehingga dapat disimpan lama. Meskipun cara pembuatanya sederhana dan cukup mudah, namun keripik bengkuang belum dikenal oleh masyarakat dan tidak tersedia di pasaran.
    2. BAHAN
      1. Bengkuang
      2. Minyak goreng (2-3 kali jumlah bengkuang)
      3. Garam (secukupnya)
    3. PERALATAN
      1. Pisau dan landasanya. Alat ini digunakan untuk mengupas dan mengiris buah bengkuang. Disarankan menggunakan dua pisau yang berbeda. Untuk pengupasan digunakan pisau yang biasa digunakan di rumah tangga. Sedangkan untuk mengiris digunakan untuk pemotong dan pencincang daging.
      2. Kompor. Kompor digunakan untuk menggoreng keripik bengkuang dalam jumlah kecil. Kompor bertekanan udara digunakan untuk menggoreng keripik bengkuang dalam jumlah besar.
      3. Penggoreng vakum. Penggoreng vakum merupakan alternatif pengganti kompor. Alat ini menghasilkan panas, sekaligus menurunkan tekanan udara pada saat penggorengan. Dengan alat ini, suhu penggorengan labih rendah dan stabil serta waktu penggorengan yang lebih singkat. Kalau tidak tersedia penggoreng vakum, bengkuang dapat digoreng dengan menggunakan wajan. Akan tetapi mutu keripiknya kurang bagus dibanding yang digoreng dengan penggoreng vakum.
      4. Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan bengkuang
    4. CARA PEMBUATAN
      1. Pengupasan dan pengirisan. Bengkuang dikupas, dicuci, kemudian diiris tipis-tipis (2-3 mm).
      2. Pengeringan. Irisan dikeringkan dengan alat pengering hingga kadar air di bawah 8 % (bahan terlihat kering dan renyah).
      3. Penggorengan. Irisan bengkuang kering digoreng dengan penggoreng vakum pada suhu 85 °C selama 70 menit dengan tekanan 70 cm Hg. Jika tidak tersedia penggoreng vakum, irisan kering bengkuang digoreng di dalam minyak panas (170 °C) selama 3-5 menit sampai garing.
    5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
      Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

    CARA MENANAM BENGKUANG
    MEMBUAT MANISAN BASAH BENGKUANG
    MEMBUAT MANISAN KERING BENGKUANG
    KERIPIK DARI BENGKUANG
    MEMBUAT BEDAK DINGIN/ MASKER DR BENGKUANG

      Cara Membuat Keripik dari Pepaya

      1. PENDAHULUANKeripik adalah irisan buah atau umbi yang digoreng sampai kering dan garing. Keripik mempunyai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama.
        Meskipun cara pembuatannya sederhana dan cukup mudah, namaun keripik pepaya belum dikenal oleh masyarakat dan tidak tersedia di pasaran.
      2. BAHAN
        Buah pepaya. Buah pepaya yang digunakan adalah yang telah matang petik, masih keras, sudah terasa manis, dan bila digores tidak banyak mengeluarkan getah. Jumlah 10 kg.
      3. PERALATAN

        1. Pisau dan landasannya. Alat ini digunakan untuk mengupas dan mengiris buah pepaya. Disarankan menggunakan dua pisau yang berbeda. Untuk pengupasan digunakan pisau yang biasa digunakan di rumah tangga. Sedangkan untuk mengiris digunakan pisau besar yang biasa digunakan untuk pemotongan dan pencincangan daging.
        2. Kompor. Kompor bersumbu digunakan untuk menggoreng keripik pepaya dalam jumlah kecil. Kompor bertekanan udara digunakan untuk menggoreng keripik pepaya dalam jumlah besar.
        3. Penggoreng vakum. Penggoreng vakum merupakan alternatif pengganti kompor. Alat ini menghasilkan panas, sekaligus menurunkan tekanan udara pada saat penggorengan. Dengan alat ini, suhu penggorengan lebih rendah dan stabil serta waktu penggorengan yang lebih singkat.
        4. Wajan. Wajan digunakan untuk menggoreng keripik pepaya. Wajan yang terbuat dari besi tebal yang berat lebih baik digunakan karena panas lebih merata danbahan yang digoreng tidak mudah gosong.
        5. Kemasan. Kemasan adalah wadah untuk mengemas keripik pepaya.Berbagai kemasan dapat digunakan, yaitu:
          1. Kantong plastik polietilen
          2. Kantong aluminium foil berlapis plastik
          3. Kotak plastik semi kaku
          4. Kotak kaleng
          Pengemasan dengan kantong plastik dan aluminium foil kurang melindungi bahan dari kerusakan mekanis (retak dan pecah). Untuk mengurangi kerusakan tersebut, juga untuk menambah daya simpan, ke dalam kantong biasanya ditambahkan gas karbondioksida (CO2) atau nitrogen (N2). Dengan adanya gas tersebut kantong akan menggelembung sehingga keripik tidak akan tergencet bila kantong ditumpuk, atau tertindih. Gas tersebut juga tidak bereaksi dengan bahan sehingga meniadakan terjadinya oksidasi terhadap minyak yang terkandung pada bahan.
          Produk yang dikemas dengan kantong plastik atau kaleng, perlu dikemas terlebih dahulu dengan kantong plastik yang tipis, kemudian baru dimasukkan ke dalam kotak tersebut.
        6. Sealer. Alat ini digunakan untuk menutup kantong plastik dengan menggunakan panas. Bila kedua sisi bagian dalam mulut kantong ditekan dengan elemen pemanas, maka kedua sisi tersebut akan melunak, saling menempel, dan tidak dapat tepisah setelah dingin.
        7. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan pepaya sampai kadar air di bawah 9%.
        8. Baskom. Baskom digunakan untuk wadah irisan pepaya basah dan kering, serta keripik pepaya.
        9. Rak peniris. Rak peniris digunakan untuk meniriskan keripik yang baru selesai digoreng. Rak ini terdiri dari penyangga berlobang-lobang yang terbuat dari kawat tahan karat (aluminium atau stainless steel).
      4. CARA PEMBUATAN
        1. Pengirisan dan blanching
          1. Buah pepaya dikupas, dibelah dan dibuang bijinya. Setelah itu buah dicuci sampai bersih.
          2. Buah diiris-iris dengan ketebalan 5 mm. Setelah itu, irisan pepaya di-blanching, yaitu dengan mencelupkan buah ke dalam air panas (95-98 0 C) selama 3 menit smbil diaduk-aduk dengan pelan. Untuk blanching ini, setiap 1 kg irisan buah diperlukan 2 liter air panas. Blanching diperlukan untuk:
            • Mematikan enzim penyebab reaksi pencoklatan (perubahan warna menjadi coklat atau warna gelap lainnya).
            • Mengurangi kandungan mikroba pada bahan.
            • Melayukan bahan sehingga lebih cepat dikeringkan dan mengeluarkan udara dari jaringan bahan. Buah yang telah di-blanching segera ditiriskan.
        2. Pengeringan
          1. Irisan buah dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air kurang dari 9% dengan tanda bahan tampak kering dan mudah dipatahkan. Untuk pengendalian mutu, sebaiknya kadar air ditentukan analisa kimia. Sedangkan untuk industri kecil, cukup dengan mengamati tanda-tanda
            tersebut.
          2. Setelah kering, irisan buah dapat langsung digoreng, atau disimpan. Jika disimpan terlebih dahulu, harus digunakan wadah yang tidak dapat dilewati udara dan uap air, serta tertutup rapat.
        3. Penggorengan
          Penggorengan dilakukan dengan banyak minyak panas yang bersuhu 165 0 C selama 13-17 detik. Untuk mendapatkan mutu keripik yang lebih baik, penggorengan dilakukan dengan menggunakan penggorengan vakum pada suhu 120 0 C, dengan tekanan 60-80 mmHg selama 58-62 menit. Setelah
          selesai digoreng, keripik ditiriskan sampai dingin.
        4. Pengemasan
          Keripik pepaya dikemas di dalam kantong plastik, aluminium foil berlapis plastik, kotak plastik semi kaku, atau kotak kaleng.
      5. ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
      6. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
        Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat
      Baca Juga :
      MEMBUAT MANISAN DARI PEPAYA
      MEMBUAT KERIPIK PEPAYA
      CARA BUDIDAYA PEPAYA
      MANFAAT BUAH PEPAYA

        Cara Membuat Keripik Pisang

        1. PENDAHULUANBuah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.
          Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
          Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
          1. Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu, seribu, dan emas.
          2. Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya : pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk. Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain.
          Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi masyarakat. Hasil olahan keripik pisang mempunyai rasa yang berbeda-beda, yaitu : asin, manis, manis pedas, dan lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat sederhana dan membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Pisang yang baik dibuat keripik adalah pisang ambon, kapas, tanduk, dan kepok.
          1. BAHAN
            1. Pisang tua (mengkal) 20 kg
            2. Minyak goreng 1 kg
            3. Garam secukupnya
          2. ALAT
            1. Baskom
            2. Alas perajang (talenan)
            3. Pisau
            4. Ember plastik
            5. Penggorengan (Wajan)
            6. Lilin (untuk kantong plastik)
            7. Tungku atau kompor
            8. Tampah (nyiru)
            9. Keranjang bambu
            10. Kantong plastik (sebagai pembungkus)
          3. CARA PEMBUATAN
            1. Jemur pisang selama 5~7 jam, lalu kupas;
            2. Iris pisang tipis-tipis ± 1~2 mm menurut panjang pisang;
            3. Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam kemudian panaskan. Goreng irisan pisang tersebut sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan yang lainnya. Penggorengan dilakukan selama 5~7 menit tergantung jumlah minyak dan besar kecilnya api kompor;
            4. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan;
            5. Saring minyak setelah lima (5) kali penggorengan, kemudian tambahkan minyak baru dan garam;
            6. Masukkan dalam kantong plastik atau stoples setelah keripik pisang cukup dingin.
          4. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN KERIPIK PISANG
            Catatan :
            1. Untuk keripik pisang manis dapat ditambahkan gula pasir halus pada keripik yang sudah digoreng.
            2. Pemberian rasa pedas dapat dilakukan bersama-sama dengan pemberian gula halus.
          ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
          1. DAFTAR PUSTAKATri Radiyati, et. Al. Kerupuk keripik. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, 1990. Hal. 15-20.
          2. KONTAK HUBUNGANPusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
            Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

          Cara Membuat Dodol dari Pisang Nangka


          1. PENDAHULUANBuah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.
            Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
            Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
            1. Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu, seribu, dan emas.
            2. Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya : pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk.
            Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah
            pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain.
            Dodol pisang nangka merupakan olahan pisang menjadi satu adonan sehingga membentuk kekenyalan tertentu.
            Pisang nangka mempunyai rasa agak masam, sehingga jarang disajikan sebagai pencuci mulut. Rasa asam inilah yang membuat nilai ekonomisnya rendah dibandingkan dengan jenis pisang lainnya, seperti : pisang ambon, pisang raja emas, pisang uli, pisang tanduk, dan lain-lain. Nilai ekonomis pisang nangka dapat ditingkatkan dengan mengolahnya menjadi dodol.
            Selain buah pisang, dodol sering juga dibuat dari jenis buah lainnya seperti buah sirsak, durian, dan lain-lain.
          2. BAHAN
            1. Buah pisang jenis pisang nangka 2 kg
            2. Gula pasir 1 ons
            3. Gula merah 3 ons
            4. Tepung ketan 1 ons
            5. Kelapa secukupnya
            6. Panili secukupnya
          3. ALAT
            1. Baskom
            2. Alas pemotong dari kayu
            3. Pisau
            4. Cetakan dodol
            5. Penggorengan (Wajan)
            6. Alat penumbuk (alu)
            7. Tungku
            8. Sendok kayu
            9. Ayakan halus
          4. CARA PEMBUATAN
            1. Kupas buah pisang dan potong kecil-kecil lalu haluskan;
            2. Kupas kelapa, parut lalu ambil santannya;
            3. Campur pisang yang telah dihaluskan dengan gula pasir, gula merah, tepung ketan, panili, dan santan hingga rata kemudian panaskan sampai terbentuk adonan kental (+ 3 ½ jam);
            4. Segera tuangkan adonan yang telah jadi pada cetakan, dinginkan, setelah itu potong-potong menurut ukuran (5x3 cm). Kemudian masukkan ke dalam
              kantong plastik.
              Catatan :
              1. Penambahan tepung ketan jangan terlalu banyak agar dodol yang didapatkan tidak keras.
              2. Pembungkus dilakukan setelah dingin dan disimpan di tempat tertutup agar dodol tetap kenyal seperti semula.
              3. Dodol ini tahan sampai ± 1 bulan.
          5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN DODOL PISANG NANGKA
          6. DAFTAR PUSTAKA
            1. Kirana, Y. et al. Dodol sirsak. Buletin Pusbangtepa, 3 (11), 1981: 13-21.
            2. Dodol pisang nangka. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, IPB, 1981. Hal. 11-21.
            3. Saraswati. Membuat sale dan dodol pisang. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1987. 43 hal.
          ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
          1. KONTAK HUBUNGANPusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
            Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

          Cara Membuat Dodol Pisang


          1. PENDAHULUANDodol adalah makanan berupa gel yang terbuat dari campuran bahan beras pati, gula dan bahan pengisi lainnya seperti buah dan rumput laut.
            Dodol tergolong makanan semi basah dengan kadar gula tinggi sehingga dapat disimpan agak lama (1-3 bulan). Pembuatan makanan ini tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang biasa terdapat pada rumah tangga.
          2. BAHAN

            1. Pisang yang telah matang konsumsi, dan daging lunak (1 kg)
            2. Gula pasir putih bersih. (0,25 kg). Bahan ini digiling sampai halus.
            3. Gula merah (100 gram). Bahan ini digiling sampai halus.
            4. Garam dapur halus dan putih bersih (10 gram)
            5. Tepung ketan (50 gram)
            6. Santan kental (450 ml)
            7. Natrium benzoat (1 gram).
            8. Lemak sapi (secukupnya). Lemak padat sapi dibersihkan dari jaringan daging, dan dipotong kecil-kecil. Setelah itu potongan lemak dimasak dalam panci atau wajan sampai mencair. Setelah mencair, lemak cair panas ini disaring dengan kain saring secara cepat. Setelah itu, lemak dipanaskan lagi sambil diaduk-aduk. Busa yang timbul dibuang.
          3. PERALATAN
            1. Wajan . Alat ini digunakan untuk memanaskan adonan dodol.
            2. Penggiling. Alat ini digunakan untuk menghaluskan daging buah pisang menjadi bubur. Penggilingan dapat dilakukan dengan mesin penggiling. Untuk usaha kecil, penggilingan dapat dilakukan dengan menggunakan lumpnag dan blender.
            3. Cetakan. Cetakan berupa baki dengan ketebalan 1~2 cm. Alat ini digunakan untuk mencetak dodol.
            4. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan dodol yang sedang berada di dalam cetakan. Jika tidak tersedia alat pengering, adonan dapat dijemur dengan sinar matahari.
          4. CARA PEMBUATAN
            1. Pembuatan adonan dodol. Pisang dikupas, kemudian digiling sampai halus. Setelah itu ditambahkan gula pasir, gula merah, tepung ketan, santan kental dan natrium benzoat. Campuran ini diaduk sampai rata. Campuran ini disebut dengan adonan dodol.
            2. Pemasakan adonan. Adonan dimasak di dalam wajan sambil diaduk. Pengadukan dilakukan sampai adonan menjadi liat, berminyak dan tidak lengket. Hasil pemasakan ini disebut dengan adonan dodol masak.
            3. Pencetakan. Adonan dodol masak diangkat dari wajan, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk baki dengan ketinggian 1-2 cm. Adonan ditekan-tekan agar padat dan rata. Sebelum adonan dimasukkan, permukaan dalam baki dialasi dengan plastik atau daun pisang.
            4. Penjemuran. Adonan dodol di dalam cetakan dijemur sampai agak kering atau dikeringkan dengan alat pengering
            5. Pemotongan dan pelapisan dengan lemak. Dodol yang telah mengeras dipotong-potong, kemudian dicelupkan ke dalam lemak sapi yang sedang mencair, dan segera diangkat. Dodol ini dibiarkan beberapa saat sampai lemak pada permukaannya mengeras.
            6. Pengemasan. Potongan-potongan dodol dibungkus dengan kertas minyak, kertas kue atau plastik. Setelah itu, dodol dikemas di dalam kantong plastik.
          ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
          1. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
            Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

          Cara Membuat Saus Tomat


          1. PENDAHULUANChutney adalah sejenis saos yang dibuat dari campuran berbagai bumbu yang mempunyai rasa pedas dan merangsang. Cara pembuatan chutney ini tidak sulit dan dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang biasa terdapat di dapur.
          2. BAHAN

            1. Buah tomat. Buah tomat yang digunakan adalah yang berukuran besar, telah matang sempurna dan berwarna merah rata. Jumlah 15 buah.
            2. Bumbu-bumbu terdiri dari bawang putih giling (100 gram), bawang merah giling (250 gram), merica bubuk (10 gram), kayu manis bubuk (20 gram), gula pasir putih bersih yang telah dihaluskan (50 kg), cabe hijau giling (75 gram), dan garam halus (25 gram).
            3. Pengawet. Pengawet yang digunakan adalah senyawa benzoat dalam bentuk asam benzoat (C6H5COOH), atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium benzoat). Untuk keperluan pengolahan saus ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.
            4. Pengasaman digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan pH saus menjadi 3,8~4,4. Pada pH rendah pertumbuhan kebanyakan bakteri akan tertekan, dan sel generatif serta spora bakteri sangat sensitif terhadap panas. Dengan demikian, proses sterilisasi bahan yang ber-pH rendah dapat dilakukan dengan suhu air mendidih (100°C) dan tidak perlu dengan suhu lebih tinggi (121° C). Asam juga bersinergisme dengan asam benzoat dalam menekan pertumbuhan mikroba. Jumlah asam yang diperlukan: asam sitrat 5 gram.
          3. PERALATAN
            1. Pisau perajang dan landasan perajang. Alat ini digunakan untuk merajang buah tomat.. Hasil perajangan adalah berupa potongan-potongan tomat yang
              berukuran 2~3 cm.
            2. Penggiling rajangan tomat. Alat ini digunakan untuk menggiling rajangan tomat menjadi bubur tomat.
              1. Blender dapat digunakan untuk menghaluskan rajangan tomat dalam jumlah kecil menjadi bubur.
              2. Mesin penggiling digunakan untuk menggiling tomat dalam jumlah besar menjadi bubur tomat.
            3. Wadah pemasak saus. Wadah ini adalah untuk memasak bubur tomat yang telah diberi bumbu. Wadah ini harus terbuat dari bahan tahan karat bagian dalamnya licin dan mudah dibersihkan.
            4. Kompor. Kompor digunakan untuk memasak saus tomat.
            5. Tungku. Tungku hemat energi dapat dijadikan alternatif, tetapi tungku ini lebih banyak menghasilkan jelaga, dan sulit mengatur panasnya. Keuntungannya adalah hemat dalam pemakaian bahan bakar kayu.
            6. Penutup botol. Penutup botol digunakan untuk memasangkan tutup botol dari kaleng ke mulut botol secara rapat. Alat ini mempunyai konstruksi yang sederhana dan biaya pembuatannya murah.
            7. Timbangan. Timbangan digunakan untuk menakar berat bahan. Segel plastik. Segel plastik adalah kantong plastik yang kedua ujungnya terbuka yang dapat menempel secara rapat sekali pada mulut botol yang telah dipasang tutupnya. Plastik ini berfungsi sebagai segel.
          4. CARA PEMBUATAN
            1. Pembuatan Chutney
              1. Tomat dicuci bersih, bagian tangkai yang agak menghitam dibuang, kemudian di rendam di dalam air yang telah diberi kaporit (10 ppm selama 10 menit). Setelah itu tomat ditiriskan.
              2. Tomat digiling atau diblender sampai halus sehingga diperoleh bubur tomat.
              3. Bumbu digiling halus, kemudian dicampur dengan bubur tomat dan bumbu-bumbu lainnya, asam sitrat, dan asam benzoat. Setelah itu campuran diaduk sampai rata, kemudian dimasak, dan dibiarkan mendidih selama 30 menit dengan api kecil sambil diaduk-aduk.
              4. Pengadukan dan pemanasan diteruskan dengan api sangat kecil sekedar mempertahankan bahan tetap panas. Pengemasan dilakukan pada saat chutney ini dipanaskan.
            2. Pengemasan
              1. Botol kaca yang bersih direndam didalam air yang mengandung kaporit 5- 10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut dalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan sekedar untuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
              2. Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan corong, chutney panas segera dituangkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 4 cm di bawah mulut botol. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat, dipasangkan pada mulut botol, dan ditutupkan dengan bantuan alat penutup botol. Pekerjaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat.
              3. Proses di atas diulang sampai semua chutney terkemas di dalam botol.
            3. Sterilisasi
              1. Botol yang sudah berisi chutney dan tertutup rapat direbus didalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini akan membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
              2. Setelah itu, botol dikeluarkan dari air mendidih, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
            4. Penyegelan
              Setelah semua chutney terkemas di dalam botol, segel plastik dipasang pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
            5. Pemberian label
              Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
          ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
          1. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
            Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

          CABE GILING DALAM KEMASAN


          1. PENDAHULUANCabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai 30%. Selain garam, sering ditambahkan asam atau natrium benzoat sebagai pengawet.
            Saat ini umumnya cabe giling dipasarkan secara curah tanpa kemasan. Cabe giling dapat dikemas dengan cara sederhana. Cabe yang telah dikemas lebih higienis dan umur simpannya lebih panjang.
          2. BAHAN

            1. Buah cabe yang matang dan merah merata.
            2. Kalsium metabisulfit atau Natrium bisulfit. Bahan ini digunakan untuk menginaktivasi enzim yang dapat menyebabkan reaksi pencoklatan.
            3. Garam.
            4. Asam atau natrium benzoat. Bahan ini digunakan sebagai pengawet sehingga bahan tidak mudah dirusak oleh mikroba.
          3. PERALATAN
            1. Penggiling. Alat ini digunakan untuk menggiling cabe sampai halus. Alat penggiling yang biasanya digunakan adalah penggiling tipe cakram. Untuk usaha kecil, penggilingan cabe bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan batu gilingan cabe yang biasa terdapat di rumahtangga.
            2. Panci. Alat ini digunakan untuk blanching (merendam cabe di dalam larutan bisulfit panas).
            3. Injektor pasta. Alat ini digunakan untuk memasukkan (menginjeksikan) pasta cabe giling ke dalam kantong plastik, atau botol kaca.
            4. Kantong plastik. Kantong plastik digunakan sebagai kemasan untuk mengemas cabe giling secara tidak aseptis.
            5. Penutup botol. Penutup botol digunakan untuk memasangkan tutup botol dari kaleng ke mulut botol secara rapat.
            6. Botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir. Botol kaca ini digunakan sebagai kemasan untuk mengemas cabe giling secara aseptis.
            7. Wadah pemasak cabe giling. Wadah ini harus terbuat dari bahan tahan karat, bagian dalamnya licin dan mudah dibersihkan.
            8. Kompor. Alat ini digunakan untuk memasak saos.
            9. Tungku. Tungku hemat energi dapat dijadikan alternatif, tetapi tungku ini banyak menghasilkan jelaga dan panasnya lebih sulit diatur.
            10. Timbangan. Alat ini digunakan untuk menakar berat bahan. Kapasitas timbangan disesuaikan dengan jumlah bahan yang diolah.
            11. Retort. Alat ini digunakan untuk sterilisasi cabe di dalam kemasan botol.
            12. Segel plastik. Segel plastik adalah kantong plastik yang kedua ujungnya terbuka yang dapat menempel secara rapat sekali pada mulut botol yang telah dipasang tutupnya. Plastik ini berfungsi sebagai segel.
          4. CARA PEMBUATAN
            1. Persiapan
              1. Pembuangan tangkai dan pencucian. Cabe dibuang tangkainya. Bagian yang rusak dan busuk dibuang. Setelah itu cabe dicuci sampai bersih dan ditiriskan.
              2. Blanching. Cabe di-blanching seperti blanching untuk pembuatan cabe kering.
            2. Pengolahan Cabe Giling Kemasan Plastik
              1. Penggilingan. Cabe digiling sampai halus. Pada saat penggilingan ditambahkan asam atau natrium benzoat 1 gram, garam 100 gram dan asam sitrat 5 gram untuk setiap 1 kg cabe.
              2. Pemanasan. Cabe yang telah digiling dipanaskan di dalam wajan sambil diaduk-aduk sampai suhu mendekati 100 0 C selama 15 menit. Selama pemanasan, api diatur tidak terlalu besar untuk mencegah gosongnya bagian cabe yang bersentuhan dengan permukaan wajan. Cabe yang telah dipanaskan didinginkan sampai suhunya mencapai 60 °C.
              3. Pengemasan
                • Dua buah kantong plastik polietilen tebal dijadikan satu sehingga berupa sebuah kantong rangkap dua. Label kemasan diselipkan di antara kedua rangkap kantong plastik tersebut.
                • Cabe giling yang masih hangat dimasukkan ke dalam kantong plastik tersebut dengan bantuan injektor pasta. Setelah itu, kantong plastik ditutup dengan mengikatnya kuat-kuat memakai gelang karet.
              4. Penyimpanan. Produk ini dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar dan lebih 1 bulan di dalam lemari pendingin.
            3. Pengolahan cabe giling berpengawet di dalam kemasan botol
              1. Penggilingan. Cabe yang telah di-blanching digiling sampai halus. Pada saat penggilingan ditambahkan asam atau natrium benzoat 1 gram, garam dapur 100 gram, dan asam sitrat 5 gram untuk setiap 1 kg cabe.
              2. Pemanasan. Cabe yang telah digiling dipanaskan di dalam wajan sambil diaduk-aduk sampai suhu mendekati 100° C selama 15 menit. Selama pemanasan, api diatur tidak terlalu besar untuk mencegah gosongnya bagian cabe yang bersentuhan dengan permukaan wajan. Setelah itu, api dikecilkan sekedar untuk menjaga cabe tetap panas.
              3. Pengemasan.
                • Botol kaca dicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam air yang mengandung kaporit 5~10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut didalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar untuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
                • Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan injektor pasta, cabe giling segera dimasukkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 1 cm di bawah mulut botol. Botol yang telah diisi cabe giling panas dibiarkan tetap terbuka selama 2 menit. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat dan dipasangkan pada mulut botol secara rapat dan kuat. Pekerjaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat.
              4. Sterilisasi.
                • Botol yang sudah berisi cabe giling dan tertutup rapat direbus di dalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini akan membunuh banyak
                  mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
                • Botol dikeluarkan dari air mendidih, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
              5. Penyegelan. Segel plastik dipasangkan pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
              6. Pemberian label
                Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
            4. Pengolahan Cabe Giling Tanpa Pengawet di dalam Kemasan Botol
              1. Penggilingan. Cabe yang telah di-blanching digiling sampai halus tanpa penambahan garam, asam, maupun senyawa benzoat.
              2. Pemanasan. Cabe yang telah digiling dipanaskan di dalam wajan sambil diaduk-aduk sampai suhu mendekati 100°C selama 10 menit. Selama pemanasan, api diatur tidak terlalu besar untuk mencegah gosongnya bagian cabe yang bersentuhan dengan permukaan wajan. Setelah itu, api dikecilkan sekedar untuk menjaga cabe tetap panas.
              3. Pengemasan.
                • Botol yang bersih, direndam di dalam air yang mengandung kaporit 5~10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut didalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar utnuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasn, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
                • Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan injektor pasta, cabe giling panas segera dimasukkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 1 cm di bawah mulut botol. Botol yang telah diisi cabe giling panas dibiarkan tetap terbuka selama 2 menit. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat dan dipasangkan pada mulut botol secara kuat dan rapat pada mulut botol.
              4. Sterilisasi.
                • Botol yang sudah berisi cabe giling dan tertutup rapat direbus dipanaskan di dalam retort selama 20~30 menit pada suhu 121°C. Prosess ini akan membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
                • Setelah itu, botol dikeluarkan dari dalam retort, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
              5. Penyegelan. Segel plastik dipasangkan pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
              6. Pemberian label
                Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
          ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
          1. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
            Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

          Cara Membuat Cabe Bubuk dan Cabe Kering


          1. PENDAHULUANCabe kering merupakan salah satu produk cabe yang paling mudah pengolahannya. Cabe dijemur atau dikeringkan sampai kadar di bawah 5%. Setelah itu, cabe kering dapat dikemas dan dipasarkan, atau digiling sampai halus menjadi cabe bubuk sebelum dikemas dan dipasarkan.
            Cabe kering dan cabe bubuk merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang dapat diekspor, atau dipasok ke industri besar pengolahan. Cabe kering bubuk dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti saus, sambal, atau bumbu lainnya.
          2. BAHAN

            1. Buah cabe yang matang dan merah merata.
            2. Kalsium metabisulfit atau Natrium bisulfit.
          3. PERALATAN
            1. Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk membelah cabe segar agar lebih cepat proses pengeringannya.
            2. Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan cabe segar menjadi cabe kering. Saat ini tersedia berbagai rancangan alat pengering dengan beragam sumber panas (panas matahari, bahan bakar minyak, batu bara dan sekam). Jika tersedia panas matahari cukup tersedia, pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dengan menggunakan tampah, tikar, atau anyaman bambu sebagai wadah untuk penjemuran.
            3. Panci. Alat ini digunakan untuk blanching (merendam cabe di dalam arutan bisulfit panas).
            4. Kompor.
            5. Hammer mill. Alat ini digunakan untuk menggiling cabe kering sampai halus. Untuk skala kecil, atau untuk keperluan rumah tangga, penggilingan dapat
              dilakukan dengan menggunakan blender.
          4. CARA PEMBUATAN
            1. Pembuangan tangkai dan pencucian. Cabe dibuang tangkainya. Bagian yang rusak dan busuk dibuang. Setelah itu cabe dicuci sampai bersih, dan ditiriskan.
            2. Pembelahan. Cabe dibelah membujur dan biji tidak perlu dibuang. Pembelahan ini dapat mempercepat proses pengeringan. Walaupun demikian, pertimbangan ekonomis perlu diberikan karena kegiatan banyak membutuhkan tenaga dan biaya.
            3. Blanching
              1. Penyiapan larutan sulfit panas (0,2%). Kalsium metabisulfit atau natrium bisulfit sebanyak 20 gram dilarutkan ke dalam setiap 20 liter air bersih. Kemudian larutan ini dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan sekedar menjaga larutan tetap mendidih.
              2. Pencelupan dalam larutan sulfit panas. Cabe dicelupkan ke dalam larutan sulfit panas dan diaduk-aduk selama 3 menit. Setiap 1 kg cabe memerlukan 2 liter larutan sulfit. Setelah itu, cabe diangkat dan ditiriskan. Biji dari cabe yang telah dibelah banyak yang terlepas pada saat pencelupan. Biji yang terlepas juga diangkat dan ditiriskan. Larutan ini dapat dipakai berulang-ulang.
            4. Pengeringan. Setelah blanching, cabe beserta bijinya segera dijemur atau dikeringakan dengan alat pengering. Suhu pengeringan tidak boleh lebih dari 75 °C, dan suhu terbaik adalah 70 ° C. Pengeringan dilakukan sampai kadar air kurang dari 9%. Cabe yang kadar air telah mencapai 9% akan terasa kering jika diremas dengan telapak tangan.
            5. Penggilingan. Cabe kering digiling sampai halus (50 mesh) dengan menggunakan hammer mill. Penghalusan dapat juga dengan menggunakan blender jika jumlah bahan yang akan diolah tidak banyak.
            6. Pengemasan. Cabe kering, atau cabe bubuk dikemas di dalam kantong plastik yang tertutup rapat. Karung plastik yang dilapisi plastik tipis untuk menahan uap air dari luar juga dapat digunakan untuk mengemas cabe kering atau cabe bubuk dalam jumlah besar. Cabe yang dikemas ini harus disimpan di tempat kering dan tidak panas.
          5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
            Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

          Cara Membuat Bedak Dingin dari Bengkuang


          1. PENDAHULUANBedak adalah campuran tepung pati dengan bahan pengharum, kadang-kadang ditambah dengan bahan pelembab, penahan sinar ultrafiolet dan anti septik. Bedak dingin adalah bedak tradisional dibuat dari beras dengan campuran potongan bunga mawar, melati kenanga, sedap malam, cempaka, dan irisan daun pandan.
          2. BAHAN

            1. Bengkuang
            2. Air
            3. Tepung beras
            4. Bahan pewangi berupa : bunga mawar 5 kuntum, bunga kenanga 5 kuntum, daun pandan 10 lembar ,bunga melati setengah genggam, bunga cempaka setengah genggam, dan bunga sedap malam setengah genggam.
          3. PERALATAN
            1. Parutan
            2. Kain saring
            3. Wadah
            4. Tempat penjemur

            1. CARA PEMBUATAN
                Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang
              1. Pembuatan Pasta Pati Bengkuang
                1. Pemarutan. Bengkuang dikupas, kemudian dicuci dan diparut, 1 parutan disebut dengan bubur bengkuang.
                2. Ekstraksi pati. Bubur bengkuang diencerkan dengan menambah air. Setiap 1 liter parutan ditambah dengan 1 liter air. Bubur encer diaduk-aduk kemudian disaring dengan kain saring. Pati bengkuang bersama cairan akan lolos, sedangkan serat kasar dan bahan-bahan kasar akan tertahan pada kain saring. Cairan yang lolos tersebut didiamkan selama 4~5 jam sehingga patinya mengendap sebagai lapisan pasta. Endapan pati tersebut disebut dengan pasta pati Dilapisan pasta terdapat air yang agak jernih. Lapisan pasta pati diambil dengan membuang air yang berada di atasnya.
              2. Pembuatan Tepung Beras Basah
                Beras dicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam air semalaman. Perendaman dapat juga dilakukan sampai 2 malam sehingga rendaman agak berbau asam. Setelah itu air perendam dibuang,berasnya ditiriskan sampai beras agak kering. Setelah itu beras ditumbuk atau digiling sampai halus. Hasilnya disebut dengan tepung beras basah.
              3. Pembuatan Bedak Basah
                Pembuatan bedak basah. Pasta pati bengkuang dicampur dengan tepung beras basah. Setiap 1 kg pasta pati bengkuang dicampur dengan 1 kg tepung beras basah Campuran ini diaduk-aduk sampai rata. Setelah itu dibentuk menjadi bualatan sebesar kelereng bulatan tersebut kemudian dipipihkan dengan jari tangan. Bulatan pipih ini disebut dengan bedak basah.
              4. Pembuatan Campuran Pengharum
                Bunga mawar dipreteli dengan melepaskan kelopaknya. Sedangkan bunga kenanga dan daun pandan diiris-iris. Potongan bunga mawar, irisan bunga kenanga, irisan daun pandan bunga melati, bunga cempaka dan bunga sedap malam dicampur dan diaduk sampai rata. Campuran ini disebut pengharum. Setiap 1 kg bedak basah memerlukan bunga mawar 5 kuntum, bunga kenanga 5 kuntum, daun pandan 10 lembar ,bunga melati setengah genggam, bunga cempaka setengah genggam, dan bunga sedap malam setengah genggam.
              5. Pengeringan dan Pemberian Pengharum
                1. Bedak basah dikeringanginkan selama 2 jam, kemudian dicampur dengan pengharum. Campuran ini dikeringanginkan lagi selama 2 jam.
                2. Setelah pengeringanginan campuran bedak dan pengharum dijemur dengan sinar matahari sampai kering. Selama pengeringan dilakukan pembalikan beberapa kali.
              6. Pemakaian
                Bedak ini dipakai seperti memakai bedak beras. Kepingan bedak ditambah air, kemudian dihaluskan. Selanjutnya dilulurkan ke kulit wajah, tangan dan kaki.
              ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
            2. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
              Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

            CARA MENANAM BENGKUANG
            MEMBUAT MANISAN BASAH BENGKUANG
            MEMBUAT MANISAN KERING BENGKUANG
            KERIPIK DARI BENGKUANG
            MEMBUAT BEDAK DINGIN/ MASKER DR BENGKUANG

              Cara Mudah Membuat Bawang Goreng


              1. PENDAHULUANBawang goreng merupakan produk olahan utama dari bawang merah. Pengolahan produk ini tidak sulit dan dapat dilakukan dengan biaya merah
                sebagai usaha kecil di rumah tangga.
              2. BAHAN
                1. Bawang goreng. Bawang merah yang paling cocok untuk diolah menjadi bawang goreng adalah bawang varictas Sumenep.
                2. Terigu. Terigu yang digunakan adalah merek segitiga biru.
                3. Tapioka.
                4. Minyak goreng.
              3. PERALATAN
                1. Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk mengiris umbi bawang merah.
                2. Alat pengiris. Alat ini digunakan untuk mengiris bawang merah. Alat ini dapat mengiris bawang merah lebih cepat dibanding pisau dan talenan.
                3. Baskom. Alat ini digunakan untuk menampung hasil irisan.
                4. Wajan. Alat ini digunakan untuk menggoreng irisan bawang.
                5. Tungku kayu atau kompor.
                6. Peniris. Alat ini digunakan untuk meniriskan minyak irisan bawang yang baru selesai digoreng. Untuk itu dapat digunakan tampah dan besek anyaman jarang, atau wadah plastik yagn berlobang-lobang. Penirisan akan lebih efektif jika menggunakan mesin peniris sentrifugal.
                7. Botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir. Alat ini digunakan untuk mengemas bawang goreng.
                8. Kantung plastik. Alat ini juga digunakan untuk mengemas bawang goreng. Kantung yang digunakan adalah dari jenis plastik polietilen.
                9. Sealer listrik. Alat ini digunakan untuk menutup kantong plastik.
              4. CARA PEMBUATAN
                1. Bawang dikupas, dan pangkal umbi dibuang, kemudian bawang dicuci sampai bersih.
                2. Terigu dicampur dengan tapioka sampai rata. Tiap 150 gram tapioka dicampur dengan 175 gram terigu. Campuran ini disebut tepung campuran.
                3. Bawang ditiriskan membujur (tebal ± 2 mm), kemudian dimasukkan ke dalam baskom, dan ditambah dengan tepung campuran. Baskom digoyang-goyang sampai bahan tercampur rata. Setiap 1 kg irisan bawang dicampur dengan 65 gram tepung campuran. Hasil yang diperoleh disebut irisan bawang bertepung.
                4. Irisan bawang bertepung segera digoreng di dalam minyak panas ( suhu 170 °C) selama 10 menit sampai garing. Setelah itu bawang ditiriskan dan
                  didinginkan.
                5. Bawang goreng yang telah dingin dikemas di dalam kemasan tertutup rapat. Sebagai kemasan dapat digunakan kantong plastik, atau botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir.
              5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
                Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat




              Cara Membuat Tepung dan Minyak dari Kacang Tanah


              1. PENDAHULUANKacang tanah dapat dipres sehingga minyaknya keluar. Hasil pres adalah kacang tanah dengan kadar minyak yang rendah, dan minyak kacang tanah. Selanjutnya kacang tanah dengan kadar minyak rendah digiling menjadi tepung kacang tanah. Sedangkan, minyak hasil pres dapat digunakan langsung sebagai minyak goreng.
                Pembuatan kedua produk cukup mudah dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
              2. BAHAN
                Biji kacang tanah.
              3. PERALATAN

                1. Panci.
                2. Alat pengering.
                3. Alat pres.
                4. Pengukus.
                5. Pengiling.
              4. CARA PEMBUATAN

                1. Proses Pendahuluan
                  1. Blanching. Kacang tanah dicelupkan ke dalam air mendidih selama 1-3 menit sambil diaduk-aduk. Setelah itu kacang ditiriskan.
                  2. Pengeringan. Kacang yang telah di blanching dikeringkan pada suhu 130- 150°C selama 3-4 jam sehingga kadar air kurang dari 6%. Setelah itu kacang didinginkan.
                  3. Pembuangan kulit ari. Kacang yang telah dikeringkan digosok-gosok dengan tangan sehingga kulit arinya terlepas. Setelah itu, kacang ditampi sehingga kulit ari yang telah terlepas dapat dibuang dan diperoleh biji kacang tanpa kulit ari.
                2. Pengepresan
                  Kacang yang telah dibuang kulit arinya dibungkus dengan kain katun tebal yang kuat, kemudian dipres sehingga sebagian besar minyaknya keluar. Hasil pengepresan adalah bungkil dan minyak kacang tanah.
                3. Penggilingan Bungkil
                  Bungkil kacang tanah digiling dengan mesin penggiling sampai halus (60 mesh). Penghalusan bungkil dapat juga dilakukan dengan menggunakan blender atau ditumpuk dengan lesung. Hasil yang diperoleh disebut dengan tepung kacang tanah. Tepung kacang ini berkadar minyak rendah.
                4. Pemurnian Minyak Kacang
                  1. Minyak kacang tanah didiamkan selama semalam, kemudian disaring dengan kain saring rapat (3 lapis). Setelah itu minyak dipanaskan pada suhu 150 0 C selama 15 menit. Selama pemanasan dilakukan pengadukan.
                  2. Setelah pemanasan, minyak didiamkan lagi selama semalam. Endapan yang terbentuk dibuang, kemudian disaring lagi dengan kain saring rapat (3 lapis). Hasil yang diperoleh adalah minyak kacang tanah yang dapat disimpan lama.
                5. Pengemasan
                  1. Tepung kacang tanah dikemas di dalam kantong plastik, atau kotak kaleng.
                  2. Sedangkan minyak kacang disimpan di dalam botol kaca yang berwarna gelap dan ditutup rapat.
                ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
              5. KONTAK HUBUNGAN
                Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
                Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

              Cara Membuat Tauco


              1. PENDAHULUANTauco adalah produk kedelai berbentuk pasta yang berwarna kekuning-kuningan, rasanya agak asin, dibuat dengan cara fermentasi.
                Tauco berfungsi sebagai penyedap masakan karena bau dan rasanya yang khas. Tauco dapat disimpan lama karena kadar garamnya cukup tinggi (diatas 15%).
              2. BAHAN

                1. Kedelai
                2. Tepung beras.
                3. Laru tempe.
                4. Garam.
              3. PERALATAN

                1. Wadah perendam.
                2. Wadah perebus.
                3. Tampah
                4. Kompor
                5. Kain penyaring
              4. CARA PEMBUATAN

                1. Perendaman. Kedelai dibersihkan dan dicuci sampai bersih. Kemudian kedelai direndam di dalam air bersih selama 12-24 jam.
                2. Pengupasan dan pembuangan kulit. Kedelai dimasukkan ke dalam karung atau bakul, kemudian diinjak-injak sehingga terbelah dua, dan kulit biji terkelupas. Kulit biji dibuang, dan biji dicuci sampai bersih. Pengupasan dan pembuangan kulit-kulit juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin.
                3. Perebusan. Biji direbus selama 1-2 jam. Kemudian ditiriskan.
                4. Penambahan tepung beras. Biji kedelai yang telah ditiriskan, ditambah dengan tepung beras. Sebelumnya, tepung beras ini telah disangrai. Tiap 10 kg kedelai ditambah dengan tepung beras sebanyak 2 kg. Pengadukan dilakukan agar kedelai dan tepung beras tercampur rata.
                5. Fermentasi kapang. Campuran kedelai tepung beras ditaburi dengan ragi tempe (1 gram tempe untuk tiap kg kedelai), diaduk agar tercampur rata, dan selanjutnya dihamparkan diatas tampah setinggi 2-3 cm. Campuran ini ditutup dengan daun pisang. Tampah diletakkan di atas para-para yang terlindung dari serangga, panas dan hujan. Fermentasi ini berlangsung selama 2-3 hari sampai terbentuk tempe yang lebat pertumbuhan kapangnya.
                6. Penjemuran tempe. Tempe disuir-suir atau dilepaskan butiran-butirannya. Setelah itu butiran tempe dijemur sampai kering.
                7. Penyiapan larutan garam 20%. Untuk membuat 10 liter larutan garam 20% dilakukan dengan cara berikut. Garam sebanyak 2 kg dimasukkan ke dalam ember, kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai volume larutan menjadi 10 liter.
                8. Fermentasi garam. Butiran tempe kering direndam di dalam larutan garam. Tiap kg kedelai membutuhkan larutan garam sebanyak 1 liter . Prendaman di lakukan di dalam wadah perendam selama 2 minggu. Hasil fermentasi disebut dengan tauco mentah.
                9. Penyiapan bumbu.
                  1. Gula merah diiris-iris, kemudian dilarutkan dengan air (tiap kg kedelai membutuhkan 250 gram gula merah, dan 25 ml air untuk melarutkan gula tersebut).
                  2. Jahe dan lengkuas dikupas kemudian dipukul-pukul sampai memar (tiap kg kedelai membutuhkan jahe dan laos, masing-masing 20 gram), dan
                  3. Jahe dan lengkuas dimasukkan ke dalam larutan gula, kemudian dimasak sampai mendidih dan disaring dengan kain saring. Larutan ini disebut larutan gula berbumbu, dan digunakan untuk membumbui tauco.
                10. Pembumbuan dan perebusan tauco. Tauco mentah ditambah dengan larutan gula berbumbu. Kemudian tauco mentah dididihkan selama 3-4 jam sehingga cairan tauco mengental. Hasil perebusan ini disebut sebagai tauco masak. Tauco masak dapat ditambah dengan monosodium glutamat sebanyak 1 gram untuk tiap kg tauco, agar memberikan rasa yang lebih sedap terhadap masakan.
                11. Pengawetan. Tauco masak ditambah dengan bubuk natrium benzoat agar dapat disimpan lama. Tiap kg tauco masak membutuhkan 1 gram natrium benzoat.
                12. Pengemasan. Tauco masak dikemas di dalam kantong plastik dan mulut kantong diikat dengan gelang karet kuat-kuat.
              ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
              KONTAK HUBUNGAN Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
              Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat
              ............

              Tes Paragraf

              Judul widget rightbar

              Popular Post

              Arsip Blog

              Template Oleh trikmudahseo