Selamat membaca
2013
semoga bermanfaat

judul widget leftbar

Label

Template Information

Random

Diberdayakan oleh Blogger.

assalamu'alaikum, Peluang Bisnis Online Yang Terbukti

infopaytren.com

Menanam Jeruk Nipis


Jeruk nipis (citrusaurantifolia) termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Tanaman jeruk nipis pada umur 2 1/2 tahun sudah mulai berbuah. Bunganya berukuran kecil-kecil berwama putih dan buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung.

Nama Lokal : Lime (Inggris), Lima (Spanyol), Limah (Arab); Jeruk Nipis (Indonesia), Jeruk pecel (Jawa); Limau asam (Sunda);


SYARAT TUMBUH

    Ketinggian tempat : 200 m – 1.300 m di atas permukaan laut ·
    Curah hujan tahunan : 1.000 mm – 1.500 mm/tahun ·
    Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan – 12 bulan ·
    Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 0 bulan – 6 bulan ·
    Suhu udara : 200 C – 300 C ·
    Kelembapan : sedang – tinggi ·
    Penyinaran : sedang

MEDIA TANAM

    Jenis : latosol, aluvial, andosol. ·
    Tekstur : lempung berpasir lempung dan lempung liat. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 727%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
    Drainase : baik ·
    Kedalaman air tanah : 40 cm – 170 cm dari permukaan tanah ·
    Kedalaman perakaran : di bawah 40 cm dari permukaan tanah ·
    Kemasaman (pH) : 4 – 9 dengan pH optimum 6
    Kesuburan : sedang – tinggi
    Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
    Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.

Iklim

    Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah.  Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan  angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
    Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
    Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
    Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
    Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

Pengolahan Tanah

    Buatkan lubang tanam berukuran50 cm x 50 cm x 40 cm.
    Tanah bagian atas dipisahkan dari tanah di bawahnya, kemudian diberi pupuk kandang.
    Tanah bagian bawah dimasukkan kembali, kemudian disusul tanah bagian atas.

Persiapan Bibit

    Jeruk nipis dapat diperbanyak secara cangkok dan okulasi.

Penanaman

    Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan.
    Jarak tanam 6 m x 6 m

Persyaratan Bibit

Bibit jeruk nipis yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.

Teknik Penyemaian Bibit

    Cara generatif

    Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.
    Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2.
    Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

    Cara Vegetatif

    Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran
    kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.

Pengolahan Media Tanam

Tanaman jeruk nipis ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:

    Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m
    Manis : jarak tanam 7 x 7 m
    Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
    Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
    Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m
    Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

Teknik Penanaman

Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:

    Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
    Pengurangan akar.
    Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.

Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang.

Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

    Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

2) Penyiangan

    Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.

3) Pembubunan

    Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.

4) Pemangkasan

    Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.

5) Pengairan dan Penyiraman

6) Penjarangan Buah

    Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.

HAMA DAN PENYAKIT

Hama

1) Kutu loncat (Diaphorina citri.)

    Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.

2) Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)

    Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion, Dimethoate,

3) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)

    Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

4) Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)

    Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan akarisida berahan aktif Propargite, Dicofol,

5) Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)

    Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl,  Methidathion yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.

6) Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)

    Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methomil.

7) Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)

    Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl dan Methidathion. Kemudian buang bagian yang diserang.

8) Thrips (Scirtotfrips citri.)

    Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif,  pada masa bertunas.

9) Kutu dompolon (Planococcus citri.)

    Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl, Methidathion. Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

10) Lalat buah (Dacus sp.)

    Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan  Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.

11) Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)

    Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida  Methidhation.

12) Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)

    Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).

Penyakit

1) CVPD

    Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.

2) Tristeza

    Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.

3) Woody gall (Vein Enation)

    Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.

4) Blendok

    Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

5) Embun tepung

    Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan fungisida.

6) Kudis

    Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).

7) Busuk buah

    Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungis, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

8) Busuk akar dan pangkal batang

    Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.

9) Buah gugur prematur

    Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl atau .

10) Jamur upas

    Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

11) Kanker

    Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

PANEN

Ciri dan Umur Panen

    Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.

Cara Panen

    Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

Perkiraan Produksi

    Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

PASCAPANEN

Pengumpulan

    Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

Penyortiran dan Penggolongan

    Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

Penyimpanan

    Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.

Pengemasan

    Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.





Cara Menanam Jengkol

Sumber Gambar: bisnis.news.viva.co.id
Tanaman
jengkol merupakan tanaman khas Indonesia. Aromanya yang khas serta rasanya yang
bagi sebagian orang adalah nikmat menjadikan jengkol sebagai salah satu makanan
populer. Jengkol sudah banyak diketahui memiliki beragam khasiat yang baik
untuk kesehatan kita. Buah jengkol mengandung unsur Kalium yang tinggi dan
berguna dalam menjaga fungsi jantung. Daunnya dapat digunakan untuk obat
diabetes setelah direbus dengan air dan kemudian diminum

Habitat
Tanaman Jengkol
Secara
geografis, tanaman jengkol terdistribusi secara luas di daerah Asia Tenggara
seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darusalam. Tanaman tropis
ini memiliki buah yang sebenarnya adalah biji atau polong dari buah yang
sebenarnya. Tiap polong terdapat kurang lebih 5-7 buah. Pohon jengkol sendiri
mampu tumbuh hingga mencapai 10-27 meter. Selain itu, pohon jengkol juga
memiliki akar yang dalam sehingga mampu menyerap air tanah. Hal tersebut bermanfaat
posited bagi konservasi air dan tanah.
Pemilihan
Lahan Tanam jengkol
Pohon
jengkol merupakan tanaman yang dapat tumbuh dimana saja. Di pedesaan pun
tanaman jengkol terkadang sering tumbuh dengan sendirinya di lahan pekarangan
rumah atau hutan. Sebagai tanaman asli daerah tropis, tanaman jengkol lebih
pantas ditanam di tanah dataran rendah. Tanaman jengkol membutuhkan kadar
penyinaran yang tinggi sepanjang hari, oleh karena itu pastikan lahan tanam
jengkol anda tidak tertutup dari sinar matahari. Selain itu, sebagai tanaman
daerah tropis, pohon jengkol membutuhkan pasokan air yang tinggi yang juga
diikuti dengan kadar kelembaban yang cukup. Pohon jengkol yang cukup adaptatif
dapat ditanam dimanapun asalkan dekat dengan sumber air.
Pemilihan
Masa Tanam Jengkol
Meskipun
pohon jengkol dapat tumbuh dimana saja dan tidak membutuhkan lahan khusus, akan
tetapi perlu diperhatikan waktu mulai penanaman. Berdasarkan pengamatan, pohon
jengkol akan lebih mudah berkembang apabila ditanam di awal musim hujan. Pohon
akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Hal ini tentunya akan membuat pohon
jengkol lebih cepat berbuah.
Pembibitan
dan Penanaman Jengkol
Pohon
jengkol memang dapat ditumbuhkan dengan dua cara, yaitu dengan ditanam dari
bijinya atau melalui cara cangkok. Untuk memperoleh bibit jengkol, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan kantong plastik tanam ukuran
kecil yang sudah diisi tanah didalamnya.
Tanamlah
biji jengkol di dalam plastik tanaman yang berisi tanah subur tersebut. Sirami
secara teratur hingga tumbuh kecambag jengkol yang akan muncul kurang lebih dua
hingga tiga minggu kemudian, Setelah kecambah jengkol muncul, saatnya bibit
tersebut dipindah ke lahan yang lebih besar yang sudah disiapkan. Berikanlah
pupuk secara teratur agar pohon dapat tumbuh secara sehat. Berikanlah
perlindungan pada saat tanaman masih muda agar tidak diganggu hama.
Kultivasi
Jengkol
Upaya penanaman atau
budidaya tanaman jengkol sendiri masih belum banyak di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan jengkol biasanya tumbuh secara liar. Untungnya tanaman jengkol
mudah tumbuh. Pohon jengkol bisa ditumbuhkan dari bijinya ataupun dengan cara
cangkok. Tanaman jengkol yang ditanam melalui biji atau bibit akan mulai
berbuah apabila telah berumur lima tahun atau lebih. Apabila pohon jengkol
tumbuh melalui proses cangkok, maka jangka waktu berbuahnya akan jauh lebih
pendek.
Hama
Jengkol
Perawatan pohon
jengkol juga harus diperhatikan dari ancaman hama yang dapat menyerang. Hama
umum tanaman jengkol adalah ular dan tupai. Selain itu, terkadang
jengkol mengalami serangan hama “boloren” yang berakibat fatal bagi pohon
jengkol tersebut. Selain itu semut rangrang yang sering bersarang di pohon
jengkol dapat merusak bunga dan bakal buah. Jamur juga menjadi salah satu
ancaman, selain munculnya cendawan dan blendok.
Tentunya
harus dipikirkan cara menyingkirkan hama pengganggu tersebut. Selain dengan
penyiangan dan pembersihan dahan dan daun-daun yang bisa digunakan untuk sarang
semut, juga harus dilakukan penyemprotan fungisida untuk membunuh jamur
pengganggu.
Panen
Umur
sekitar lima tahun jengkol sudah bisa berbuah, jika dengan cara vegetatif
seperti cangkok atau okulasi, umur berbuahnya bisa lebih pendek lagi.  Satu pohon jengkol yang sudah cukup umur bisa
menghasilkan jengkol bersih yang sudah dikupas
15-20 kg.
Manfaat
dan Bahaya Jengkol
Buah
jengkol ternyata kaya akan kandungan gizi.
Menurut sebuah penelitian, dari 100 gram biji jengkol terkandung 133
kkal energi, 23,3 gram protein, 20,7 gram karbohidrat, 240 SI vitamin A, 0,7 mg
vitamin B, 80 mg vutamin C, 166,67 mg fosfor, 140 mg kalsium, 4,7 mg zat besi
dan 49,5 gram air.
Dengan
berbagai kandungan gizi yang dipunyai, dipercaya jengkol atau jering (Archidendron
jiringa
) mampu mencegah gangguan diabetis, menurunkan kadar gula  dan dapat menjaga kesehatan jantung.
Pemanfaatan
buah (biji) jengkol beraneka ragam, mulai dimakan segar lalapan, diolah semur
jengkol, hingga dijadikan kue dan keripik atau emping jengkol.
Namun
jengkol juga mempunyai efek negatif. Pertama, jengkol mengandung asam jengkolat
yang tinggi sehingga bila dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan kristal di saluran urin.
Gejalanya mulai nyeri pada perut dan kadang-kadang muntah, nyeri waktu
buang air kecil, urin berdarah, pengeluaran urin sedikit dan terdapat
titik-titik putih seperti tepung bahkan urin tidak bisa keluar sama sekali.
Kedua, bau buah jengkol sebenarnya tidak terlalu menyengat, tetapi setelah
dikonsumsi akan memberi efek bau yang tidak sedap baik bau nafas maupun bau
urine.
http://agraris.adakata.com/budidaya-jengkol/

Cara Menanam Jabon


Berikut ini Tentang Jabon, baik itu menyangkut Kayu, Tempat Tumbuh, Musim Buahnya, Dan Cara Memperbanyak Jabon Baik dengan Menyemai Biji Maupun Dengan Stek Pucuk Atau Batang


.

Cara Menanam dengan Hidroponik

/

Cara menanam hidroponik telah dikenal sejak lama, bahkan semakin populer selama beberapa tahun terakhir. Salah satu kelebihan bercocok tanam dengan teknik hidroponik adalah pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat sekitar 30 hingga 50 persen dibandingkan menanam dengan media tanah. Hasil yang didapatkan juga relatif lebih banyak. Ada beberapa hal yang menyebabkan menanam hidroponik lebih unggul daripada teknik penanaman lain, salah satunya adalah oksigen ekstra yang terdapat di dalam media pertumbuhan membantu akar tanaman tumbuh lebih cepat. Semakin banyak kadar oksigen di dalam akar, semakin cepat pula penyerapan nutrisinya. Oleh sebab itu pertumbuhan tanaman juga menjadi lebih cepat. Nutrisi yang diberikan akan langsung menyatu dengan air dan diserap oleh tumbuhan. Tumbuhan tidak perlu lagi mencari-cari nutrisi seperti jika menanam dengan tanah. Kelebihan lain dari teknik menanam hidroponik adalah tumbuhan lebih kuat terhadap serangan berbagai jenis penyakit, seperti hama dan jamur.

Anda harus memilih media tanam yang tepat agar akar tanaman mendapatkan udara yang cukup. Ada berbagai media tanam yang bisa diterapkan untuk sistem hidroponik. Salah satu contohnya adalah media yang cepat mengalirkan air dan air seperti hidrocorn atau serpihan-serpihan sangat baik untuk tipe sistem aliran. Karena bentuknya yang berongga memungkinkan oksigen untuk mengalir lebih banyak di dalam media. Ini akan membuat akar tanaman penuh dengan oksigen dan membantu penyerapan nutrisi. Kedua media ini bisa dipakai berulang-ulang, namun hydrocorn biasanya lebih awet.
Media lain yang bisa anda coba adalah rockwool, ini adalah media tanam yng dibuat dari bebatuan vulkanis dan batu kapur. Pembuatan media ini adalah dengan melelehkan bahan pada suhu tinggi, kemudian lelehan tersebut dipintal menggunakan alat khusus, seperti proses pembuatan kapas. Setelah itu bahan dibentuk menjadi kotak atau lembaran-lembaran. Kelebihan dari media tanam ini adalah mampu menahan air 10-14 kali lebih banyak dan 20% udara. Namun kelemahannya adalah bahan ini memiliki pH sekitar 7.8 sehingga bisa menaikkan PH dari nutrisi yang kita berikan pada tanaman. Saat menanam dengan media ini, anda harus memberikan perhatian lebih terutama masalah pH. Bahan lain yang juga dipakai untuk menanam hidroponik adalah perlit, vermikulit, dan beberapa macam pasir.

Setelah memilih media tanam yang tepat, selanjutnya anda harus memilih nutrisi untuk tumbuh kembang tanaman anda. Nutrisi yang diberikan pada tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik sama saja dengan nutrisi untuk budidaya dengan tanah. Anda bisa mendapatkan nutrisi ini di toko-toko khusus hidroponik. Kebanyakan nutrisi ini dijual dalam bentuk konsentrat, jadi anda perlu menambahkan 1 galon air untuk setiap 2-4 sendok teh nutrisi. Produk ini biasanya memiliki bentuk cair dan terbagi atas 2 macam, nutrisi untuk pertumbuhan, dan nutrisi untuk pembungaan. Nutrisi dalam bentuk cair biasanya lebih mahal, namun lebih mudah dipergunakan. Selain itu nutrisi ini lebih mudah larut dalam air dan beberapa sudah ditambahkan dengan penjaga PH.

Kebanyakan tanaman hidroponik tumbuh dengan baik dalam pH 5.8 hingga 6.8. Sedangkan pH terbaik adalah 6.3. Saat menanam tumbuhan dengan hidroponik, kita jadi lebih mudah mengecek pH air dibandingkan dengan jika kita menanam tumbuhan dengan media tanah. Anda bisa mengukur pH dengan kertas indikator pH yang banyak dijual di toko-toko. Mengukur pH sangat mudah namun juga merupakan proses terpenting dalam budidaya hidroponik. Jika pH di bawah rata-rata, silakan tambahkan larutan potas untuk menaikkannya. Sedangkan untuk menurunkan pH, anda bisa memakai asam fosfat.
Nah, jika semua sudah siap, sekarang bisa anda mulai menanam dengan teknik hidroponik. Mulai dari penyiapan wadah (botol bekas, pipa, dll), memasukkan media tanam (rockwool, hydrocorn, dll),  penyemaian benih, pemberian nutrisi, dan perawatan. Selamat mencoba…

Cara Tanam Gigi Palsu di Gusi

Tanam Gigi di Gusi

Cuplikan wawancara majalah Tempo dgn drg. Djoko Micni, SpBM, FICOI
Telah ada gigi palsu serasa asli dengan cara implan. Teknologi terbaru ”penanaman”-nya memungkinkan pemasangan lebih cepat, yaitu hanya beberapa hari.
Nicky Hogan pernah punya rutinitas yang merepotkan. Setiap malam menjelang tidur, pria 41 tahun ini harus mencopot dan membersihkan gigi palsunya. ”Kadang sehabis makan untuk membersihkan sisa makanan yang tertinggal,” kata karyawan sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta ini Rabu pekan lalu.
Itu cerita dua tahun lalu, ketika dia masih menggunakan gigi palsu lepasan, pengganti tiga biji gigi gerahamnya, yang dikaitkan di gusi. Kini kerepotan itu tak ada lagi. Nicky hanya perlu menggosok gigi dan menggunakan obat kumur sekurang-kurangnya dua kali sehari. Padahal Nicky masih bergigi palsu. Tapi gigi palsunya bukan sembarangan. Ketiga gigi gerahamnya terpasang dengan teknik implan alias tanam. ”Sama sekali tidak ada masalah, seperti gigi asli saja,” katanya.
Dental implant atau gigi implan adalah teknik ”menanam” gigi pada tulang rahang. Hebatnya, gigi ini dapat berdiri sendiri tanpa mengganggu gigi lain. ”Paling mirip dengan gigi asli, paling andal saat ini,” kata Djoko Micni, dokter gigi spesialis bedah mulut dan implan, pendiri Dentia Dental Care Center, Jakarta.
Gigi implan ditanam di rahang atas atau bawah. Ketika teknik implan ini mulai masuk Indonesia pada 2000, waktu yang dibutuhkan dari pemasangan implan gigi hingga berfungsi penuh adalah 3-4 bulan, karena menunggu akar gigi menyatu dengan tulang sebelum mahkota gigi dipasang.
Dengan teknologi yang sekarang—yang dinikmati Nicky—akar gigi dan penampang untuk mahkota gigi dapat dipasang langsung, sehingga waktu yang dibutuhkan relatif singkat, yakni 1-4 hari (lihat infografis ”Cara Menanam Gigi”). ”Tapi ada syarat-syaratnya,” kata dokter gigi ahli bedah mulut Peter Agus, yang merupakan konsultan spesialis bedah mulut dan maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya. Kepadatan (densitas) tulang harus keras, dan pada gigi yang digantikan tidak terdapat kelainan akar gigi seperti abses, granuloma (tumor jaringan ukuran kecil), dan kista.
Gigi implan dapat digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang, misalnya akibat tanggal, atau berlubang yang sudah tanpa akar. Gigi implan ini tidak perlu dilepas seperti gigi palsu lepasan ataupun gigi tiruan cekat (crown and bridge porselen) karena memiliki akar yang ditanam dalam tulang.
Posisi gigi implan pada gusi ini pun lebih stabil. ”Dapat dipakai hingga akhir hidup,” kata Peter Agus. Jangka waktu pemakaian gigi implan bisa mencapai 20 tahun.
Sejauh ini, tingkat keberhasilan pemasangan gigi implan cukup tinggi. Menurut Djoko Micni, keberhasilannya mencapai 95 persen bila implan dipasang di rahang bawah dan 85 persen di rahang atas—karena tingkat kesulitannya lebih besar. Menurut Peter Agus, rata-rata keberhasilannya 80 persen. ”Kegagalan terjadi karena kurangnya kompetensi dokter, bisa juga karena pasien tidak mengikuti anjuran dokter,” ujarnya.
Ada prasyarat kesehatan bagi pasien implan gigi, yaitu tulang rahang cukup tebal dan kebersihan mulut baik. Tingkat keberhasilan pemasangan gigi implan menurun bila pasien menderita diabetes melitus atau osteoporosis, kesehatan gigi dan mulut jelek, gigi banyak yang terkikis (atrisi), mengerat waktu tidur (brukisme), perokok dan peminum, serta dalam keadaan hamil. Dan teknik ini baru bisa diterapkan bagi orang berusia di atas 17 tahun, karena di usia itu pertumbuhan tulang rahang sudah berhenti. ”Bila tulang masih tumbuh, implan bisa tenggelam oleh tulang,” kata Djoko Micni.
Keberhasilan pemasangan implan gigi juga ditentukan sang dokter. Dokternya tidak boleh sembarangan, harus berkualifikasi sebagai dokter spesialis bedah mulut, dokter spesialis gusi (prostho), dan dokter gigi yang masuk FISID (Fellowship Indonesian Society of Implant Dentistry). ”Saat ini ada sekitar 50 dokter di Indonesia yang memenuhi syarat ini,” kata Peter Agus.
Proses pemasangan gigi implan butuh biaya mahal, yaitu Rp 10-15 juta per satu gigi. Nicky berseloroh, ”Hanya seribu per gigi, kok.” Maksud dari ”seribu” adalah US$ 1.000. Biaya ini jauh lebih mahal dibanding gigi palsu biasa komplet, yang berkisar Rp 2 juta per gigi.
Meski demikian, permintaan pemasangan gigi implan cukup tinggi, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Malang, juga di Bali. Di Surabaya, misalnya, dalam satu minggu Peter Agus menerima rata-rata dua-empat orang yang berkonsultasi tentang pemasangan. ”Dalam satu bulan minimal dua pasien kami pasangi gigi implan,” katanya. Secara umum implan gigi itu untuk menggantikan gigi geraham belakang pada pasien yang rata-rata berusia 40 tahun ke atas.
Gigi ompong memang sebaiknya diganti, kecuali orang yang bersangkutan sudah terlalu tua. ”Karena ada fungsi yang hilang,” kata Djoko Micni. Setidaknya fungsi kunyah dan estetika ikut tanggal. Ada juga dampak sampingan dari kehilangan gigi, yakni mengganggu proses buka-tutup mulut yang mempengaruhi artikulasi. Gangguan itu bisa menjalar ke sendi rahang, yang juga bisa mengakibatkan nyeri, sakit kepala, bahkan yang paling ekstrem adalah sendi terkunci hingga mulut tak bisa dibuka.
Kebutuhan penggantian gigi itulah yang mendorong perkembangan teknologi dari gigi palsu biasa sampai gigi implan. Perkembangan gigi implan sendiri sudah berakar lama, yakni sejak Dr Branemark menggunakan bahan pelat titanium untuk memperbaiki kerusakan tulang dengan menambah tandur alih tulang (bone graft) di laboratorium Universitas Kota Lund, Swedia, pada 1952. Percobaan itu membuktikan kerusakan tulang dapat pulih tanpa ada penolakan terhadap bahan titanium, sehingga tulang yang sehat dengan titanium implan menyatu.
Pertama kali gigi implan diaplikasikan pada penderita yang tidak bergigi sama sekali pada 1965. ”Penelitian penggunaan selama lima tahun, 90 persen sukses,” ujar Peter Agus. Gigi implan berkembang pesat sejak 1993. Saat ini lebih dari 100 industri gigi implan bertebaran di Amerika Serikat, seperti Nobel Biocare, Straumann, 3i, Zimmer, BioHorizons, AstraTech, Ankylos, Implant Direct, Lifecore, dan Biolock.
Gigi implan sudah masuk Indonesia pada 2000, tapi baru marak belakangan setelah informasi melalui Internet meluas. ”Dulu informasi implan terbatas di kalangan dokter,” kata Djoko Micni. Dalam waktu dua tahun ini, orang makin berminat karena waktu tanamnya juga cepat.
Harun Mahbub
Cara Menanam Gigi
Gigi implan ditanam pada rahang bawah atau rahang atas.
1. Dilakukan dengan pembedahan minor dan bius lokal sekitar setengah jam. Gusi dibuka, dibuat lubang di bagian tulang dengan ukuran 3-4 milimeter.
2. Pengganti akar gigi yang ditanam, disebut body implant, berbentuk silinder dari bahan titanium dengan diameter 1,8-4,3 milimeter dan panjang 10-18 milimeter. Ditanam dengan kedalaman yang bergantung pada kemampuan gusi menahan beban dan ketebalan tulang.
* Bahan titanium dipilih karena bersifat bio inner, yakni tidak dianggap benda asing oleh tubuh, tahan korosi, dan dapat membentuk lapisan titanium oksida yang tidak larut dalam cairan tubuh. Itu mencegah lepasnya ion logam yang dapat bereaksi dengan jaringan tubuh.
* Bahan titanium ini juga digunakan untuk abutment, yakni bagian lain dari gigi implan, yang dipasang pada body implant sebelum mahkota gigi.
3. Abutment dipasang pada body implant. Prosesnya cepat, sekitar 10 menit.
4. Setelah body implant tertanam, selanjutnya menunggu body implant menyatu dengan tulang (osseointegration). Tunggu 1-4 hari untuk pemasangan mahkota gigi. Paling lama butuh dua menit untuk satu gigi.
sumber dari www.majalah.tempointeraktif.com

Cara Menanam Ginseng

"budidaya-ginseng-merah-korea-pupuk-organik-nasa-distributor-resmi-natural-nusantara-poc-nasa-hormonik-supernasa-pestisida"
Ginseng
I. PENDAHULUAN
Trend 'back to nature' pada industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman ringan, telah memacu peningkatan permintaan ginseng. Tingginya permintaan tersebut perlu diimbangi dengan teknologi budidaya tanaman yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian) seperti yang telah diterapkan PT. NATURAL NUSANTARA.


II. SYARAT TUMBUH
  • Diutamakan di lahan terbuka. Tanah gembur, kandungan bahan organik tinggi, aerasi dan drainase baik.
  • Keasaman (pH) tanah 5,5 - 7,2.
  • Curah hujan 1000 - 2500 mm/th.
  • Suhu berkisar 20ºC - 33ºC.
  • Kelembaban 70% - 90%.
  • Ketinggian tempat berkisar 0 - 1.600 dpl.

III. PENGOLAHAN TANAH

  • Siapkan Natural GLIO (10 kemasan /ha) dicampur pupuk kandang matang (25-50 kg/kemasan). Simpan dalam karung terbuka selama 1-2 minggu.
  • Tebarkan dolomite / kapur pertanian (2-4 ton/ha) pada lahan yang masih terbuka paling lambat 2 minggu sebelum tanam.
  • Luku dan garu segera setelah dolomit disebarkan. Diamkan sekitar 1 minggu.
  • Buat bedengan membujur arah timur-barat, lebar bedengan 100-120 cm, tinggi 40-60 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm. Diamkan sekitar 1 minggu.
  • Buat parit mengelilingi lahan lebar 40-50 cm, kedalaman 50-60 cm.
  • Setelah 1 minggu, gemburkan permukaan bedengan secukupnya.
  • Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata pada permukaan tanah.
  • Tambahkan pupuk kandang matang 20-40 ton/ha merata pada permukaan bedengan. Jika tidak ada pupuk kandang, penggunaan POP SUPERNASA, POC NASA dan HORMONIK dapat menggantikannya.
  • Siapkan larutan induk POP SUPERNASA (1 botol/3 liter air), aduk hingga larut. Dosis POP SUPERNASA 5 botol/ha jika pakai pupuk kandang sesuai dosis anjuran atau 10 botol/ha jika tidak pakai pupuk kandang. Dari larutan induk POP SUPERNASA 3000 cc atau 3 liter, diambil 200 - 300 cc dicampur dengan 0,25 kg NPK majemuk lalu dilarutkan atau diencerkan dalam 50 liter air.
  • Dari hasil 50 liter tersebut siramkan pada permukaan bedengan, caranya pakai gembor 10 liter / ± 8 m panjang bedengan. Atau 200 - 300 cc/lubang tanam.
  • Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata di permukaan bedengan. Atau dalam setiap lubang tanam.

IV. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN

  • Diutamakan pakai bibit dari setek batang.
  • Gunakanlah induk tanaman sehat, tidak terindikasi gejala serangan hama dan penyakit, umur tidak terlalu muda dan terlalu tua, segar dan tidak layu, warna cerah/mengkilap.
  • Bibit hasil setek diistirahatkan/disimpan di tempat lembab selama 2 - 4 hari.
  • Sebelum tanam, pangkal bibit dipotong miring ± 45º menggunakan pisau tajam dan bersih.
  • Pangkal bibit direndam 20-30 menit dalam larutan POC NASA (1-2 ttp) + HORMONIK (0,5-1 ttp) + 1-2 sendok makan Natural GLIO per 10 liter air.
  • Bibit dikeringanginkan ± 1-2 jam.
  • Penanaman dilakukan sore hari, jarak tanam 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm.

V. PEMELIHARAAN TANAMAN
Penyiraman
Pemberian air tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Usia 0 - 21 hst (hari setelah tanam) disiram tiap hari secukupnya. Sejak usia ±100 hst penyiraman dikurangi atau dihentikan.

Penyulaman
Jika diperlukan, hingga 15 hst.

Pemupukan susulan: 
Pengocoran larutan pupuk : NPK majemuk 0,25 kg + 50 liter air. Berikan 200-300 cc/lubang tanam setiap 2 minggu sekali hingga usia 100 hst.
Penyemprotan pupuk lewat daun dilakukan 1 minggu sekali hingga 100 hst, pakai 3 - 5 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK dalam tangki 14 atau 17 liter.

Penyiangan, pendangiran dan pembumbunan
Dilakukan bersamaan setiap 2 minggu sekali terutama pada usia 14 - 65 hst.

Perempelan I
Pada 20 hst disisakan 2-3 batang utama. Perempelan selanjutnya adalah perempelan tunas ketiak daun setiap 2 minggu sekali hingga usia 65 hst.

VI. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
4.1. Hama
4.1.1. Bekicot
Biasanya aktif pada malam hari, dan perlu diwaspadai keberadaannya. Pengendalian dengan cara dikumpulkan dan dimusnahkan.

4.1.2. Ulat
Banyak jenis ulat yang menyerang pada ginseng terutama ulat grayak (Spodoptera sp.), Ulat penggulung daun (Lamprosema sp.), dan ulat jenis lainnya. Pengendalian dengan cara mematikan ulat, semprot Vitura atau Pestona dan alternative terakhir dengan Insektisida kimia.

4.1.3. Uret/Lundi
Hama ini menyerang akar bahkan bisa ke umbi sehingga tanaman lama kelamaan bisa layu dan akhirnya mati. Pada saat tanam bisa ditaburkan insektisida granular di sekeliling tanaman

4.2. Penyakit4.2.1. Penyakit Busuk Leher Batang
Penyebabnya jamur Phytium sp. atau Sclerotium sp. Biasanya di awal tanam ginseng mengalami pembusukan yang disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan. Leher batang atau pangkal batang tampak berwarna kelabu atau kecoklatan, lunak kebasahan dan melekuk ke dalam. Jamur ini dapat menjalar ke bagian umbi, lama-kelamaan daun tampak layu. Pengendalian dengan cara pengaturan drainase, kebun tidak becek dan tidak lembab. Sejak awal sebelum tanam gunakan Natural GLIO.

4.2.2. Penyakit Busuk Umbi
Penyebabnya jamur Phythopthora sp. Gejalanya daun yang mulanya hijau berubah menjadi kuning. Lama kelamaan menjalar hingga menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut pada pangkal umbi/batang tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulat-bulatan dan akhirnya berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pengendalian gunakan Natural GLIO sebelum tanam, jaga kelembaban tanah dan alternative terakhir dengan fungisida sistemik

4.2.3. Penyakit Layu
Bisa disebabkan jamur Fusarium sp. atau bakteri Pseudomonas sp. Tetapi kebanyakan disebabkan oleh jamur Fusarium. Mulanya tulang daun menguning, kemudian menjalar ke tangkai daun dan akhirnya daun menjadi layu. Pengendalian dengan cara sebarkan Natural GLIO sebelum tanam dan celupkan stek sebelum tanam ke dalam POC NASA dicampur Natural GLIO.

VII. PANEN

  • Tanaman Ginseng dipanen umur 4 - 5 bulan tergantung pertumbuhan dan keadaan umbi. Cirinya; batang semula hijau berubah merah, daun menguning dan mulai rontok, berbunga dan mengeluarkan biji, umbi bila didangir sudah cukup besar (diameter diatas 1 cm).
  • Pemanenan pada pagi hari saat kondisi cerah, tidak hujan dan daun tidak berembun lagi, tanah kering.
  • Umbi dipanen sekaligus dengan menggunakan garpu tanah untuk menggemburkan permukaan tanah.
  • Sebelum umbi dicabut pangkal batang tanaman dipangkas dan dipisahkan dari batang serta daunnya. Pencabutan umbi harus dilakukan hati-hati, jangan sampai umbinya putus dan tertinggal dalam tanah. Umbi yang telah dicabut dibersihkan dan dibawa ke tempat teduh untuk penyortiran.

Cara Membuat Sale Pisang dengan tradisional

SALE PISANG CARA TRADISIONAL
  1. PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.
    Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
    Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

    1. Pisang yang dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu, seribu, dan emas.
    2. Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya : pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan tanduk.
  2. Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain. Sale pisang merupakan produk pisang yang dibuat dengan proses pengeringan dan pengasapan. Sale dikenal mempunyai rasa dan aroma yang khas.
    Sifat-sifat penting yang sangat menentukan mutu sale pisang adalah warna, rasa, bau, kekenyalan, dan ketahanan simpannya. Sifat tersebut banyak dipengaruhi oleh cara pengolahan, pengepakan, serta penyimpanan produknya. Sale yang dibuat selama ini sering kali mutunya kurang baik terutama bila dibuat pada waktu musim hujan. Bila dibuat pada musim hujan perlu dikeringkan dengan pengeringan buatan (dengan sistem tungju).
    Ada 3 (tiga) cara pembuatan sale pisang, yaitu :

    1. Cara tradisional dengan menggunakan asap kayu;
    2. Cara pengasapan dengan menggunakan asap belerang;
    3. Cara basah dengan menggunakan natrium bisulfit.
    Proses pengasapan dengan menggunakan belerang berguna untuk :
    1. Memucatkan pisang supaya diperoleh warna yang dikehendaki;
    2. Mematikan mikroba (jamur, bakteri);
    3. Mencegah perubahan warna.
  3. BAHAN
    1. Buah pisang 36 kg
    2. Belerang (untuk cara pengasapan) ½ gram (untuk 9 kg sale pisang)
    3. Kayu bakar (untuk cara tradisional) secukupnya
    4. Natrium bisulfit (untuk cara basah) 15 gram/liter air
  4. ALAT
    1. Lemari pengasapan (1x1 m)
    2. Pisau
    3. Tambah (nyiru)
    4. Rak penjemur
    5. Panci
    6. Baskom
    7. Plastik (untuk pembungkus)
    8. Lilin (untuk penutup pembungkus)
    9. Sendok
    10. Kayu bundar atau bambu (untuk memipihkan pisang)
    11. Tungku atau kompor
    12. Merang (jerami).
      ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
  5. CARA PEMBUATAN SALE PISANG CARA TRADISIONAL
    (dengan menggunakan asap kayu)
    1. Kupas pisang yang telah tua dan matang lalu kerok sedikit bagian luarnya agar bersih;
    2. Letakkan pisang di atas tampah lalu asapkan dengan menggunakan asap kayu bakar selama 2 jam;
    3. Jemur pisang di atas rak penjemuran yang beralaskan merang selama 4~5 hari. Sambil dijemur sewaktu-waktu pisang dipipihkan (dipres) dengan kayu bundar atau bambu;
    4. Bungkus sale pisang yang telah dijemur dengan daun pisang kering. Masukkan ke dalam plastik lalu tutup dengan lilin.
  6. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN SALE PISANG CARA TRADISIONAL
    Catatan:

    1. Sale pisang yang dihasilkan hanya mencapai 25 % atau seperempat bagian dari berat pisang utuh (masih ada kulitnya). Jenis pisang yang sering dibuat sale adalah : pisang ambon, Untuk keripik pisang manis dapat ditambahkan gula pasir halus pada keripik yang sudah digoreng.
    2. Pemberian rasa pedas dapat dilakukan bersama-sama dengan pemberian gula halus.
  7. DAFTAR PUSTAKA Tri Radiyati, et. Al. Kerupuk keripik. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, 1990. Hal. 15-20.
  8. KONTAK HUBUNGAN Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
    Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.




Cara Membuat YAM Tomat

YAM TOMAT
  1. PENDAHULUAN Yam tomat adalah sejenis saos dengan konsistensi lebih kental. Yam ini dibuat tanpa penambahan bumbu kecuali gula dan asam. Cara pembuatannya sama dengan pembuatan saos tomat yang lain.

  2. BAHAN

    1. Buah tomat. Buah tomat yang digunakan adalah yang telah matang sempurna dan berwarna merah rata. Jumlah 1 kg.
    2. Gula pasir putih bersih yang telah dihaluskan (750 gram).
    3. Pengawet. Pengawet adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak saos. Pengawet yang digunakan adalah senyawa benzoat dalam bentuk asam benzoat (C6H5COOH), atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium benzoat). Untuk keperluan pengolahan yam ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.
    4. Pengasaman digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan pH saus menjadi 3,8~4,4. Pada pH rendah pertumbuhan kebanyakan bakteri akan tertekan, dan sel generatif serta spora bakteri sangat sensitif terhadap panas. Dengan demikian, proses sterilisasi bahan yang ber-pH rendah dapat dilakukan dengan suhu air mendidih (100 °C) dan tidak perlu dengan suhu lebih tinggi (121°C). Asam juga bersinergisme dengan asam benzoat dalam menekan pertumbuhan mikroba. Jumlah asam yang diperlukan: asam sitrat, 5 gram.
  3. PERALATAN
    1. Pisau perajang dan landasan perajang. Alat ini digunakan untuk merajang buah tomat.. Hasil perajangan adalah berupa potongan-potongan tomat yang berukuran 2~3 cm.
    2. Penggiling rajangan tomat. Alat ini digunakan untuk menggiling rajangan tomat menjadi bubur tomat. Blender dapat digunakan untuk menghaluskan rajangan tomat dalam jumlah kecil menjadi bubur. Mesin penggiling digunakan untuk menggiling tomat dalam jumlah besar menjadi bubur tomat.
    3. Wadah pemasak saus. Wadah ini adalah untuk memasak bubur tomat yang telah diberi bumbu. Wadah ini harus terbuat dari bahan tahan karat, bagian dalamnya licin dan mudah dibersihkan.
    4. Kompor. Kompor bersumbu digunakan untuk memasak saos dalam jumlah kecil. Kompor bertekanan udara digunakan untuk memasak saos dalam jumlah lebih besar.
    5. Tungku. Tungku hemat energi dapat dijadikan alternatif, tetapi tungku ini lebih berjelaga, sehingga lebih mengotori wadah. Disamping itu, panas tungku lebih sulit diatur. Keuntungannya adalah hemat dalam pemakaian bahan bakar kayu sehingga biaya pengoperasiannya lebih murah.
    6. Penutup botol. Penutup botol digunakan untuk memasangkan tutup botol dari kaleng ke mulut botol secara rapat. Alat ini mempunyai konstruksi yang sederhana dan biaya pembuatannya murah.
    7. Timbangan. Timbangan digunakan untuk menakar berat bahan yang digunakan. Kapasitas timbangan disesuaikan dengan jumlah bahan yang diolah.
    8. Segel plastik. Segel plastik adalah kantong plastik yang kedua ujungnya terbuka yang dapat menempel secara rapat sekali pada mulut botol yang telah dipasang tutupnya. Plastik ini berfungsi sebagai segel. 
    ==JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==

  4. CARA PEMBUATAN
    1. Pembuatan Yam
      1. Tomat dicuci bersih, bagian tangkal yang agak menghitam dibuang, kemudian di rendam di dalam air yang telah diberi kaporit (10 ppm selama 10 menit). Setelah itu tomat ditiriskan.
      2. Tomat digiling atau diblender sampai halus sehingga diperoleh bubur tomat.
      3. Bubur tomat dicampur dengan gula pasir yang telah dihaluskan, asam sitrat, dan asam benzoat; kemudian campuran dimasak, dan dibiarkan mendidih dengan api sedang sambil diaduk-aduk sampai volume menjadi setengah volume semula.
      4. Pengadukan dan pemanasan diteruskan dengan api sangat kecil sekedar mempertahankan bahan tetap panas. Pengemasan dilakukan pada saat yam ini dipanaskan.
    2. Pengemasan
      1. Botol kaca yang bersih direndam didalam air yang mengandung kaporit 5-10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut dalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan sekedar untuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
      2. Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan corong, yam panas segera dituangkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 4 cm di bawah mulut botol. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat, dipasangkan pada mulut botol, dan ditutupkan dengan bantuan alat penutup botol. Pekerjaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat.
      3. Proses di atas diulang sampai semua yam terkemas di dalam botol.
    3. Sterilisasi
      1. Botol yang sudah berisi yam dan tertutup rapat direbus didalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini akan membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
      2. Setelah itu, botol dikeluarkan dari air mendidih, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
    4. Penyegelan Setelah semua yam terkemas di dalam botol, segel plastik dipasang pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
    5. Pemberian label Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
  5. KONTAK HUBUNGAN Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Menanam Gambir

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang bernilai ekonomi tinggi dan prospektif untuk dikembangkan secara komersial pada masa yang akan datang, mengingat kegunaannya yang beragam baik secara tradisional sebagai pencampur makan sirih maupun sebagai bahan baku dan bahan penolong berbagai industri seperti industri farmasi, penyamak kulit, minuman, cat, dan lain-lain.
Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Gambir diketahui merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses dalam perut dan usus (Djarwaningsih, 1993). Fungsi gambiryang lain adalah untuk campuran obat seperti untuk luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit yang digunakan dengan cara dibalurkan, penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil. Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel (Nazir, 2003). Menurut Ridsdale (1993), gambir memiliki tiga kegunaan utama yaitu: (1) untuk penyamak kulit, (2) untuk menyirih yang dikonsumsi bersama buah pinang (Areca catechu L), kapur dan daun sirih (Piper betle L.) serta (3) untuk obat-obatan.
 Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa, serta kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain.
Kandungan yang utama dan juga dikandung oleh banyak anggota Uncaria lainnya adalah flavonoid(terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid(seperti gambirtannin dan turunan dihidro- dan okso-nya. Selain itu gambir dijadikan obat-obatan modern yang diproduksi negara jerman, dan juga sebagai pewarna cat pakaian.
Secara modern gambir banyak digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, di antaranya bahan baku obat penyakit hati dengan paten “catergen”, bahan baku permen yang melegakan kerongkongan bagi perokok di Jepang karena gambir mampu menetralisir nikotin. Sedangkan di Singapura gambir digunakan sebagai bahan baku obat sakit perut dan sakit gigi (Suherdi dkk, l99l; Nazir, 2000). Idris (1997) melaporkan bahwa pathogen Fusarium Sp sebagai penyebab penyakit becak daun tanaman klausena dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari ekstrak daun gambir. Selain itu, pestisida nabati yang berasal dari daun gambir juga mampu mengendalikan F. Oxysporium penyebab penyakit layu tanaman cabai (Nasrun, 1999) dan F. oxysporium f.Sp Licopersici penyebab penyakit layu tanaman tomat (Nasrun, 2001)
1.2  tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah untu menganalisa usahatani gambir supaya mengetahui seberapa berhasilnya tanaman gambir dan tugas akhir pratikum manajemen usahatani.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambir adalah tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daun oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan tidak berbulu (licin), dengan tangkai daun pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau; kelopak bungapendek, mahkota bunga berbentuk corong (seperti bunga kopi), benang sarilima, dan buah berupa kapsuladengan dua ruang.
Tanaman gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200-800 m di atas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semiintensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan. Di Sumatra kegiatan penanaman ini sudah mengganggu kawasan lindung.
Tumbuhan gambir (Uncaria gambir (Hunt.) Roxb) termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, family Rubiaceae dan genus Uncaria (Ridsdale, 2007). Gambir merupakan liana yang batang mudanya berbentuk persegi dan batang utamanya tegak, dilengkapi dengan kait yang melengkung. Kait tersebut adalah modifikasi dari gagang perbungaan. Daunnya berhadapan, agak menjangat, pinggirannya rata, berbentuk bundar telur sampai lonjong, gundul, pertulangan daun bagian bawah menonjol dengan rambut-rambut domatia, penumpunya rata, gundul, panjangnya 7.5-12.5 cm. Perbungaannya bertipe bongkol, tumbuh di ketiak daun dan di ujung ranting, bongkol itu berdiameter 6-8 cm, tangkai bunga mencapai panjang 3 mm, gundul, hipantium bergaris tengah 1-2 mm, berambut rapat, berwarna kuning sampai merah tua, tabung mahkota berbentuk benang, bagian luar berbulu jarang, panjangnya 10-15 mm, daun kelopak panjangnya 5-7 mm, tabungnya + 2.5 mm. Buahnya berbentuk bulat agak lonjong, berdiameter 15-17.5 mm (Djarwaningsih, 1993). Gambir dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200-800 m di atas permukaan laut, mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya gambir ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir   hutan. Budidaya gambir biasanya semiintensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan (Djarwaningsih, 1993).
Tanaman gambir di daerah Sumatera Barat, merupakan tanaman yang diusahakan secara turun-temurun, dan dianggap sebagai tabungan hidup serta sumber pendapatan bagi masyarakat. Pertanaman gambir rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota, meskipun tidak begitu banyak mengalami penambahan areal baru tapi komoditas ini merupakan komoditas unggulan dengan kawasan andalan di Kecamatan Pangkalan, Kapur IX, dan Suliki (LPEPFEUNAND, l998). Berbeda dengan di Kabupaten Pesisir Selatan yang dua per tiga dari lahan yang ada sekarang merupakan bukaan baru dan umumnya terletak pada lahan kritis dengan kemiringan yang cukup tinggi dan didominasi oleh semak belukar serta hutan lebat, sehingga persiapan awal penanaman gambir memerlukan modal dan tenaga kerja yang cukup besar. Oleh karena itu, untuk membuka lahan petani biasanya melakukan pembakaran dengan alasan biaya lebih murah dan mudah mengerjakannya serta abunya dapat berfungsi sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah (Buharman dkk, 200l).
Selanjutnya petani akan membuat lobang tanam dengan jarak tanam 1,5 x1,5 m atau tidak beraturan bila dilahan tersebut ditanami tanaman keras lainnya seperti durian, kasiavera, petai dan lain-lain. Bahan tanaman yang digunakan oleh petani umumnya menggunakan bibit kebun sendiri atau dari kebun tetangga. Hasan dkk (2000) mengemukakan bahwa pemeliharaan tanaman gambir sangat jarang dilakukan petani, seperti pemupukan dilakukan hanya dengan mengembalikan ampas dari perasan daun gambir yang telah mengompos, di letakkan di sekitar pohon tanaman gambir.
Penyiangan dilakukan dengan cara menebas semak-semak yang berada disekitar pohon gambir. Hal ini sebagai usaha menghindari terjadinya erosi, mengingat lahan yang digunakan kebanyakan lahan miring, apalagi pengendalian erosi dengan pembuatan teras tidak pernah dilakukan petani. Sedangkan untuk pengendalian hama dan penyakit, petani hampir tidak pernah melakukannya, kalaupun ada hanya sebatas pembongkaran tanaman yang mengalami tingkat serangan yang sudah cukup berat, kemudian setelah itu menggantikan tanaman yang telah dicabut dengan tanaman yang baru (Mardinus et al., l995).
Pemanenan
Tanaman gambir dipanen pertama kalinya pada saat tanaman berumur 1-2 tahun. Sedangkan panen berikutnya tidak ada kriteria tertentu, biasanya petani hanya melihat jumlah daun yang cukup banyak dengan usia daun berkisar antara 6- 8 bulan setelah panensebelumnya. Panen menggunakan dua orang tenaga menggunakan alat ani-ani atau tuai memotong seluruh ranting-ranting yang terdapat pada cabang tanaman dengan jarak 2-3 cm dari pangkalnya, kecuali ranting muda yang terdapat pada ujung-ujung cabang (Buharman dkk, 200l).
Daun beserta ranting diikat dan dimasukkan ke dalam sebuah keranjang anyaman rotan dengan kapasitas 15 kg dan langsung dibawa ketempat pengolahan yang letaknya di tengah kebun. Dalam satu hari dua orang petani pekerja mampu memanen daun gambir sebanyak 4 5 keranjang,
 Kualitas dari gambir biasanya ditentukan pada saat pengolahan. Petani pengolah yang menggunakan air rebusan daun gambir yang berulang-ulang akan mendapatkan kualitas lebih jelek bila dibandingkan hasil olahan yang airnya diganti setiap melakukan pengolahan (Hasan, 2000).
Pada umumnya petani gambir mengolah gambir menjadi produk dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana yang diperoleh secara turun menurun, walaupun beberapa produk hasil rakitan dari Balitro Bogor dan BPTP Sumatera Barat telah dikenalkan kepada petani, tetapi karena harga produk tersebut dirasakan masih mahal oleh petani, maka sebagian besar petani masih enggan menggunakannya
Pasar gambir sudah berkembang dan tersebar di beberapa tempat baik di Kabupaten Lima Puluh Kota maupun di Kabupaten Pesisir Selatan. Tempat penampungan (gudang) gambir rata-rata dimiliki oleh pedagang besar yang berpusat di kota Padang. Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani dalam memasarkan produknya adalah dominasi pedagang kabupaten yang merupakan kaki tangan daripara eksportir gambir. Melalui kaki-tangannya  di daerah, membuat pedagang pengumpul dan petani lainnya tidak berperan (Buharman, dkk,200l).
Penentuan harga di pasar gambir lebih didominasi oleh kaki-tangan pedagang besar (eksportir), walaupun pembelinya banyak, tetapi tetap saja tidak berlaku hukum penawaran dan permintaan. Praktek yang terjadi adalah pengaturan pembelian secara bergilir atau sebangsa arisan di antara pedagang desa oleh kaki tangan pedagang besar dengan harga yang telah ditentukannya.
Selama dalam proses tataniaga gambir di tingkat Kabupaten, tidak ditemukan “ treatment “ (perlakuan) yang diberikan oleh pedagang perantara, kecuali bagi yang bermodal besar memberikan perlakuan pengeringan melalui penjemuran di panas matahari. Biasanya mereka kumpulkan dalam waktu satu sampai dua minggu untuk mendapatkan gambir dalam jumlah tertentu dari pertani atau pedagang pengumpul desa, untuk diangkut ke kota Medan dan selanjutnya dari kota Medan di ekspor ke Singapura atau ke India.
Alasan petani menjual gambirnya di rumah kepada pedagang pengumpul di desa adalah lebih praktis dan harganya tidak jauh berbeda dengan harga di pasar lokal, berarti lebih menguntungkan karena tidak mengeluarkan
biaya ongkos angkut, komisi dan sebagainya bila dibawa ke pasar gambir. Apalagi petani tidak memiliki akses ke pasar dan pedagang besar
selalu mempermainkan harga gambir.
Tingginya harga di luar negeri tidak selalu berkorelasi positif dengan harga di dalam negeri, kalaupun ada pengaruhnya tidak signifikan. Hal disebabkan oleh kualitas produk di dalam negeri yang sangat rendah dan petani dinilai tidak mampu memenuhi kualitas yang diinginkan, sehingga para ekportir perlu melakukan proses lebih lanjut agar bisa diterima pasar.
Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa permasalahan sistem dan usaha agribisnis gambir adalah sangat mendasar, baik masalah hulu maupun hilir yang memerlukan pemecahan secara terpadu dan konsisten, terutama sekali masalah permodalan dan pemasaran yang perlu dicari pemecahannya dalam waktu dekat. Hasil identifikasi permasalahan modal/ pemasaran dan alternatif pemecahan masalah.
Hasil studi yang dilakukan Denian dan Fiani (1994) dibeberapa lokasi sentra produksi gambir secara morfologis ditemukan 3 tipe gambir, yaitu tipe udang,cubadak, dan riau. Perbedaan morfologisnya terlihat dari ukuran daun, panjang, petiola, warna pucuk, warna daun, warna cabang dan ranting, dan rendemen hasil. Ada kecenderungan produktivitas getah dan rendeman tipe udang lebih baik dari pada tipe lainnya, walaupun hal ini masih memerlukan penelitian lebih jauh.
Hasan et al. (2000) mengemukakan bahwa tanaman gambir sampai saat ini umumnya diperbanyak melalui perbanyakan generatif, yaitu melalui biji yang disemaikan lebih dulu dengan prosedur tertentu untuk memperoleh bahan tanaman yang memiliki daya tumbuh lebih baik. Selanjutnya dibibitkan di tempat khusus sebelum ditanam di lapangan. Namun demikian, tanaman gambir juga dapat dikembangkan melalui perbanyakan vegetatif, seperti stek, perundukan, dan kultur jaringan (Hasan dan Edirman, l996), tetapi cara ini tidak umum dilakukan petani dan biasanya dilakukan untuk kepentingan penelitian dan pengkajian, terutama sekali dalam rangka mempertahankan kualitas bibit turunan dari induknya atau pemurnian jenis. Identifikasi permasalahan bibit dan alternatif pemecahannya  dikemukaka pada matrik program aksi pembibitan gambir di Sumatera Barat.
Budidaya yang benar adalah bagaimana caracara bercocok tanam yang tepat sejak dari penyiapan lahan sampai proses berproduksi, di antaranya pembuatan lubang tanam, jarak tanam, dan tindakan pemeliharaan (penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit).
Jarak tanam gambir bervariasi antara l,5 x l,5 s/d 3,5x3,5 m tergantung pada kemiringan lahan yang digunakan untuk penanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat mngakibatkan terjadinya persaingan antara tanaman relatif tinggi, sehingga pertumbuhan dan produksi tidak optimal. Demikian pula bila terjadi sebaliknya, jarak tanaman yang terlalu longgar menyebabkan terjadinya bahaya longsor, penggunaan lahan yang tidak efisien dan berpeluangnya pertumbuhan gulma yang menjadi kompetisi tanaman dalam memanfaatkan hara, air, cahaya dan tempat tumbuh (Isely, l960; Delorit dan Ahlgreen, l967). Hasil penelitian jarak tanam yang dilaksanakan di Tanjung Pati, Kabupaten 50 Kota pada tahun l918 diperoleh hasil tertinggi pada jarak tanam 3 x 3.5 m (Heyne, l987). Sedangkan Idris dkk (l996) menyatakan bahwa jarak tanam gambir 2 x 2 m yang digunakan pada penelitian di Solok, Pasisir Selatan dan Kabupaten 50 Kota menghasilkan produksi yang lebih baik. Tapi umumnya petani menggunakan jarak tanam l.5xl.5 m.
Untuk ukuran lubang disarankan Hasan (2004) menggunakan ukuran 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm akan memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman gambir. Sedangkan Daswir dan Kesuma (l993) melaporkan bahwa pertumbuhan bibit yang baik di lapangan diperoleh dari ukuran lubang l0 x l5 x 30 cm.
Pemupukan gambir merupakan salah satu cara untuk mendapatkan produksi yang optimal mengingat kandungan hara di dalam tanah terbatas dan cenderung menurun akibat diserap tanaman terus menerus. Apalagi pertanaman gambir rakyat diusahakan pada daerah yang relatif miskin hara atau lahan marginal dengan topografi miring dan bergelombang yang rentan dengan erosi, diperlukan penambahan unsur hara dari luar dalam bentuk pupuk. Oleh karena itu, unsur hara yang diberikan ke dalam tanah berupa pupuk hendaklah dalam jumlah yang mampu untuk meningkatkan produksi dan mengganti hara yang diserap tanaman. Hasan (l995) melaporkan bahwa pemupukan tanaman gambir di Siguntur pada tanaman umur 2 tahun menggunakan NPK l5.l5.l5 sebanyak 200 kg/ha dapat meningkatkan produksi panen daun dan ranting basah sebesar 77,67 % per rumpun. Sedangkan di Kebun Percobaan Laing Solok dengan ukuran yang sama dapat meningkatkan produksi daun dan ranting basah sebesar 6l,59 % (Hasan, l994). Begitu pula Kusuma (l992) telah mengungkapkan bahwa pemupukan tanaman gambir umur 7 tahun di Siguntur dengan NPK 15.15.15 sebanyak 200 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan rata-rata diameter batang 52,08 %, jumlah daun 62,02 %, jumlah cabang primer 99.68 %, panjang cabang sekunder 46,74%.
Pengendalian hama penyakit pada tanaman gambir belum banyak dilakukan mengingat serangan hama penyakit belum sampai menganggu pertanaman di lapangan, namun demikian ada beberapa jenis hama yang menyerang, di antaranya famili lepidoptera, hemiptera, coleoptera, dan orthoptera yang merusak daun dan pucuk tanaman gambir (Adria dan Idris, l995). Sedangkan Arneti dkk (l999) menemukan 5 jenis serangga yang menyerang pertanaman gambir di sentra produksi, yaitu hama belalang(orthoptera) dengan rata-rata 7,5 %, ulat kantong(lepidoptera) rata-rata 5 % ; kepik (Hemiptera) rata-rata l0% dan kutu daun (homoptera) rata-rata 5 % serta penggulung daun (lepidoptera) rata-rata 7,5 %. Sedangkan serangan penyakit pada tanaman gambir belum banyak diketahui (Mardinus et al., l995), meskipun di lapangan ditemukan gejala bercak daun yang disebabkan serangan jamur.
Umumnya petani melakukan panen 2 kali setahun tergantung keadaan pertumbuhan tanaman dan ketuaan daun, bila pertumbuhan baik dan ketuaan daun memenuhi syarat, maka dapat dilakukan 3 kali setahun. Risfaheri dan Yanti (l993) mengemukakan bahwa tingkat ketuaan daun gambir saat dipanen berpengaruhpada rendemen dan dan kadar katechin. Ada kecenderungan daun yang lebih muda memiliki rendemen dan kadar katechin yang lebih tinggi. Sedangkan Suherdi (l995) yang melakukan pengamatan terhadap pengolahan daun gambir tanpa dan menggunakan ranting ternyata kandungan getah pada daun gambir lebih tinggi dibanding pakai ranting .
Pengolahan gambir secara tradisional yang umumnya dilakukan petani melalui enam tahap, yaitu perebusan daun dan ranting, “pengempaan”, pengendapan getah, penirisan, pencetakan, dan pengeringan, Pengolahan ini akan menghasilkan produk yang terdiri atas 2 jenis, yaitu gambir untuk makan sirih dan bahan baku untuk industri. Perbedaan pengolahan ke dua jenis adalah pada cara perebusan. Produk makan sirih perebusannya hanya menggunakan air biasa, sedangkan untuk bahan baku industri menggunakan air yang dicampur dengan air limbah dari penirisan getah gambir selama proses penisiran getah berlangsung serta ditambah zat kimia tertentu sebagai suplement. Oleh karena itu, produk gambir untuk makan sirih kadar katechinnya lebih tinggi (71%), lebih rapuh, bewarna lebih cerah, dan rasanya lebih enak dibanding gambir untuk industri (Suherdi et al., l994). Mengenai air limbah penirisan, menurut Heyne (l987) banyak mengandung asam lemak yang berguna dalam pencelupan tekstil dan penyamakan kulit.
 Pengempaan adalah pengolahan gambir yang menggunakan alat tradisionil yang terbuat dari kayu dan merupakan tahap yang sangat menentukan dalam pengolahan gambir, karena menentukan kualitas dan kuantitas getah yang keluar dari daun dan ranting, di samping oleh jenis alat yang digunakan dan kemampuan tenaga manusia dalam pengempaan. Terdapat dua jenis alat kempa yang berkembang di Sumatera Barat, yaitu alat kempa kayu dan alat kempa dongkrak. Kempa kayu merupakan alat pengolahan peninggalan nenek moyang yang dalam operasionalnya cukup menguras tenaga kerja manusia, sedangkan pengolahan dengan kempa dongkrak sudah lebih ringan, walaupun tingkat keamanan dan kebersihannya masih kurang terjaga (Hasan dkk, 2000).
Alat kempa kayu yang lebih dikenal sebagai alat kempa baji terbuat dari dua belahan kayu besar yang menjepit sebuah jepitan berbentuk huruf V. Kayu jepitan masing-masing berukuran panjang 4,5 meter, lebar bagian tengah (tempat bahan) 0,5 meter, lebar bagian ujung dan pangkalnya 0,2 meter dengan tebal 0,15 m. Dalam operasional alat kempa kayu dilengkapi dengan 8 buah baji kayu ukuran besar yang berfungsi sebagai pasak untuk pengatupan jepit. Baji-baji tersebut dipasakkan dengan palu kayu seberat l5 kg sehingga jepitan saling merapat, sehingga bahan baku yang ditaruh di antara kedua kayu akan terkempa dan getahpun keluar. Sedangkan pada alat kempa dongkrak, fungsi kayu jepitan diganti dengan dongkrak yang berkapasitas 20 ton, dipasang di atas bahan yang akan dikempa.
Batas antara bahan dengan dasar dongkrak dibatasi dengan papan tebal. Sedangkan bahagian atas dongkrak dan bahagian bawah bahan terdapat balok kayu penahan, sehingga gerakan dongkrak kearah bahan yang memungkinkan berlangsungnya pengempaan, sehingga getah gambir keluar.
Saat ini telah berkembang 4 jenis alat yang menggunakan teknologi, yaitu alat kempa sistem dongkrak, sistem ulir, sistem dongkrak hidrolik, dan sistem pabrik. Kelebihan alat- alat ini lebih effisien dibanding alat tradisional karena tidak menggunakan tenaga manusia, di samping kualitas dan kapasitasnya lebih tinggi, penanganannya lebih mudah dan mampu memberikan daya tekanan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penggunaan alat yang mengandung teknologi ini perlu lebih disosialisasikan di dalam masyarakat agar lebih cepat berkembang. Masalah rendemen dan mutu yang dihasilkan merupan hal yang perlu dicarikan teknologi dan alat yang lebih tepat guna, effisien, dan effektif. Di antaranya standarisasi alat (mesin) yang sesuai dengan kebutuhan.


BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1 Tempat dan Waktu
Wawancara petani ini diadakan pada tanggal 16 november 2012 pada pukul 14.30 wib. Tempat kami mewawancarai petani tanaman gambiri di Jorong Kampung Harapan, Kenagarian Sialang , Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumetera Barat. Yang merupakan penghasil utama gambir di Sumetera Barat.
3.2  Jenis Tanaman
Jenis tanaman yang kami pilih yaitu tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunt.) Roxb) termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, family Rubiaceae dan genus Uncaria.
3.3 Profil Petani
          Petani yang kami wawancarai bernama Syamsibar berumur 47 tahun merupakan seseorang petani gambir, dan bapak syamsibar pendidikan terakhirnya kelas 2 Sekolah Dasar dan mempunyai tanggungan 4 orang yaitu istri, anak, ank angkat dan adik istri. Bapak syamsibar mempunyai luas lahan 2 Ha dan merupakan punya sendiri.
3.4 Analisa Usahatani Tanaman Gambir
            Analisa usahatani tanaman gambir adalah salah satu alat untu mengukur keberhasilan usahatani tanaman gambir. Dalam menganilisa tanamn gambir kami mengunakan analisa usahatani satu cabang. Uasahatani yang dikatakan berhasil apabila nilai R/C  lebih besar dari satu, semakin besar nilai R/C rasio maka menunjukan  semakin besar keuntungan usahatani tersebut. Suatu metode dapat dikatakan efesien dari metode lainnya, apabila mampu menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk biaya yang sama atau menghasilkan keuntungan yang sama dengan biaya yang lebih kecil.
3.5 Metoda
            Metoda yang kami gunakan dalam melakukan wawancarai patani adalah metoda pertanyaan terbuka dan tetutup. petanyaan yang diajukan kepada petani seperti nama, umur, pendidikan, tanggungan dan sebagainya. Hal ini digunakan untuk melihat gambaran umum petani. Untuk menganalisis pendapatan petani tanaman gambir diajukan pertanyaan seperti hasil panen, penggunaan tenaga kerja, biaya saprodi dan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan produksi.
3.6 Alat dan Bahan
          Alat yang kami gunakan dalam melakukan praktikum ini adalah alat tulis, dan dokumentasi. Bahan yang kami gunakan dalam pratikum ini adalah kuisioner.
3.7 Cara Kerja
            Praktikum ini di mulai dengan pembuatan kuinsioner yang mana di sesuaikan dengan tanaman yang diwawancarai. Pembuatan kuinsioner di buat sendiri tetapi yang di pakai kuisioner yang di buat dosen mata kuliah. Setelah kuisioner di dapatkan pada hari rabu kami pergi ke kampung salah satu rekan kami untuk mewawancarai petani gambir. Setelah data di dapat kami menganalisa usahatani tanaman gambir.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Budidaya Tanaman Gambir
          Proses budidaya tanaman gambir dimulai dari penyidiaan input usahatani yang terdiri dari bibit tanaman gambir dan media tanam yaitu alahan yang sudah di bakar. Input tenaga kerja diperoleh dari tenega kerja dalam keluarga dan tenaga kerja diluar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga di pakai di dalam pengolahan lahan, penyiangan, penyemaian, dan di saat panen. Tenaga kerja diluar keluarga di dalam penyiangan, pemanenan dan pengangkutan. Dalam budidaya tanaman gambir tidak memerlukan pupuk karena sebelum di tanam tumbuhan di lahan di bakar dan abu tersebut sebagai unsur hara tambahan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman belum dilakukan oleh petani, kerena kurangnya pengetahuan tentang hama dan penyakit tanaman.
4.2 Penggunaan Saprodi
            Dalam penyiapan kebun tanaman gambir benih petani yang digunakan petani hanya dari buah tanaman sebelumnya.
4.3 Analisis Biaya Pendapatan
            Penerimaan merupakan hasil kali dari jumlah produksi dengan harga jual persatuan. Produksi rata-rata tanaman gambir  pada tahun kelima 1.000 kg dengan harga jual Rp 15.000/kg dan total penerimaan Rp 15.000.000.
            Biaya usahatani berbentuk  biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan . biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan petani  dalam bentuk rupiah yang harus dimiliki petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung  berapa sebenarnya pendapatan kerja petan, modal dan menilai kerja keluarga, biaya penyusutan peralatan, bangunan dan sewa lahan milik sendiri. Dalam praktikum ini dapat dilihat pendapatan rata-rata yang diterima oleh petani gamabir di jorong kampung harapan. Biaya yang dikeluarkan petani dalam usahtani gambir biaya tunai sebesar Rp 6.567.800, biaya yang di perhitungkan sebesar Rp 2.934.200 dan total biaya- biaya adalah Rp 9.502.000. Total pendapatan yang diterima petani adalah Rp 8.342.200 dan total keuntungan yang diterimah petani sebesar Rp 5.498.000. berdasarkan nilai penerimaan dan biaya (R/C) total sebesar 1,58 yang artinya  untuk setiap rupiah biaya total yang digunakan petani dalam memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,58. Sedangkan untuk R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,28 artinya setiap rupiah biaya tunai yang digunakan petaniakan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,28.
         
4.4 Pembahasan
Dalam penyiapan kebun gambir baru, petani hanya menanam bibit gambir yang berasal dari buah gambir dari kebun mereka sendiri. Tidak ada seleksi buah maupun tanaman induk yang baik. Banyak petani tidak mengetahui bahwa terdapat lebih dari satu varietas tanaman gambir yang kemampuan produksinya berbeda. Di sisi lain, akibat keterbatasan permodalan, banyak tanaman kebun gambir yang dimiliki masyarakat telah tua dan sebaiknya diremajakan. Dalam budidaya, petani gambir hanya melakukan pemeliharaan kebun mereka dengan penyiangan tanpa penanganan hama maupun penyakit dan pemupukan yang baik. Kondisi tersebut menyebabkan produktivitas kebun mereka sepenuhnya tergantung pada alam.
Total pendapatan yang diterima petani adalah Rp 8.342.200 dan total keuntungan yang diterimah petani sebesar Rp 5.498.000. berdasarkan nilai penerimaan dan biaya (R/C) total sebesar 1,58. Sedangkan untuk R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,28. Usahatani gambir layak di usahakan dan menguuntungkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan
Berdasarkan prose budidaya gambir masih tradisional, bibit yang digunakan masih bibit lokal, tidak ada pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. berdasarkan nilai penerimaan dan biaya (R/C) total sebesar 1,58 yang artinya  untuk setiap rupiah biaya total yang digunakan petani dalam memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,58. Sedangkan untuk R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,28 artinya setiap rupiah biaya tunai yang digunakan petaniakan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,28. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usahatani tanaman gambir menguntungkan karena R/C  rasio lebih besar dari satu dan layak diusahakan.
5.2 saran
Dalam kegiatan usahatani gambir harus ada kelompok petani supaya bisa maslah dalam usahatani bisa dan di pecahkan dan harus ada penyuluhan tentang hama dan penyakit tanaman gambir agar petani bisa mengatasi hama dan penyakit tanaman gambir tersebut. Dalam pemakaian bibit petani harus mengunakan bibit unggul supaya produksi meningkat.


DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, A 1991. Manfaat Tanaman Gambir. Makalah Penataran Petani dan
Pedagang Pengumpul Gambir di Kecamatan Pangkalan Kab. 50 Kota 29-30
November 1991. FMIPA Unand. Padang 23 hal.
Hernanto,F.1989.ilmu usahatani.penebar swadaya.jakarta
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/Perspektif_vol_5_No_1_5_Azmi.phttp://elibisis.perpustakaan.ipb.ac.id/fullteks%5Cdisertasi%5C2011%5C2011ahb.pdf
Nasrun 1990. pengaruh ektrak daun gambir tehadap jamur Fusarium oxysporum
schledt penyebab layu tanaman cabai, Manggaro Jurnal Hama dan
Penyakit. Faferta Unand Padang I (2);8-10
Nasrun 2001. pemanfaatan katechin ekstrak daun gambir sebagai fungisida nabati
dalam pengendalian penyakit layu tanaman tomat. Stigma IX (1) Januari-
Maret 2001; 54-57
Nazir, M. 2000. Gambir : Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diversifikasinya.
Yayasan Hutanku, Padang 2000.




Tes Paragraf

Judul widget rightbar

Popular Post

Template Oleh trikmudahseo